"Lantas, kamu melakukan cara itu?" tanya Pak Elang selanjutnya.
Ular phyton hanya mengangguk.
"Kamu boleh lapar. Karena itu sudah kodrat semua makhluk hidup. Tapi makanlah dengan cara yang benar!" lanjut Pak Elang.
"Baiklah Pak Elang. Aku janji tidak akan mengulangi hal itu lagi. Tapi aku mohon, lepaskan aku," kata ular phyton dengan wajah memelas.
"Aku akan melepaskanmu. Dan ingatlah selalu janjimu. Jika aku melihatmu seperti tadi, aku tidak akan mengampunimu!" kata Pak Elang kepada ular phyton dengan nada mengancam.
"Baik, Pak Elang!"
"Sekarang, pergilah!" kata Pak Elang kemudian.
Si ular phyton tanggung tersebut segera lari menjauh meninggalkan Pak Elang dan Akil. Setelah ular phyton sudah tidak nampak lagi, Akil pun berani turun dari punggung Pak Elang.
"Paman, aku sangat takut!" kata Akil dengan tangan yang dingin karena keringat.
"Maafkan aku, Akil! Tapi aku harus melakukan semua itu. Supaya tidak ada lagi hewan serakah di muka bumi ini. Semua itu ada aturan dan etikanya. Mereka sudah sering diajari dan pasti mengerti. Tetapi tidak dilaksanakan!" Pak Elang pun berusaha memberi penjelasan kepada Akil dan berharap Akil bisa memahaminya.
"Iya, Paman! Paman hebat! Aku ingin seperti Paman!" lanjut Akil dengan senyumnya yang khas.