Bagian 1 - Bagian 2 - Bagian 3 - Bagian 4 - Bagian 5 - Bagian 6 - Bagian 7 - Bagian 8 - Bagian 9Â
Di atas padang ilalang sana, Pak Elang masih asyik menerbangkan anak-anak ayam mutiara yang semakin girang. Namun sebenarnya Pak Elang mengetahui kecemasan para ayam mutiara yang lain. Pak Elang melihat para ayam mutiara yang sedang bersembunyi sambil mengintai. Maka dengan sengaja, Pak Elang pun semakin membuat anak-anak ayam mutiara tersebut bernyanyi girang sambil sesekali tertawa bersama.
"Apakah kalian sudah lelah?" tanya Pak Elang yang sudah hampir tiga puluh menit mengajak anak-anak ayam mutiara tersebut terbang.
"Sudah, Paman! Aku haus. Kita turun ya!" kata salah satu anak ayam mutiara yang naik di atas punggung Pak Elang.
Lalu Pak Elang pun mendarat di tempat yang dirasa aman. Pendaratan yang sempurna, tanpa menimbulkan debu maupun kibasan sayap yang berisik.
"Terima kasih, Paman Elang! Besok kita terbang lagi ya!" kata seekor anak ayam mutiara betina yang cantik dan manja.
"Baiklah! Dan sampaikan kepada orang tua kalian bahwa kalian selamat dan baik-baik saja!" kata Pak Elang dengan suara yang keras, namun tetap ramah.
"Baik, Paman! Aku akan menceritakan semua ini kepada ibuku. Aku akan bilang kepada ibuku, kalau burung elang tidak sejahat yang Ibu bilang," lanjut anak ayam mutiara lainnya.
"Anak pintar! Pulanglah dan jadi anak baik di mana pun ya! Aku akan menemui Akil si anak kelinci lagi!" kata Pak Akil kemudian.
"Siapa Akil, Paman?" tanya salah satu anak ayam mutiara kemudian.
"Si anak kelinci yang bersamaku di tepi sungai tadi. Akil tersesat, lupa jalan pulang. Apakah diantara kalian ada yang mengenal Akil? Jika iya, katakan kepadaku di mana rumahnya," lanjut Pak Elang.