Lalu, Pak Elang pun terbang di atas sungai mengikuti arus air sungai. Dilihatnya dengan seksama dan mata tajamnya daerah aliran sungai tersebut. Tidak selang berapa lama, akhirnya Pak Elang pun melihat telinga Akil yang nampak jelas. Lalu mendekat, dan langsung mencengkram Akil dengan cakarnya yang kuat. Namun, cengkraman tersebut tidak membuat badan Akil kesakitan.Â
Pak Elang lalu membaringkan Akil di bawah pohon kelapa yang teduh dan beralaskan daun pisang, kemudian menekan-nekan dada Akil supaya air sungai yang terminum oleh Akil segera keluar.Â
Akil terbatuk-batuk. Air yang keluar dari mulutnya sangat banyak. Kemudian Pak Elang pun memijit tubuh Akil.Â
"Akil, istirahatlah!" kata Pak Elang setelah badan Akil selesai dipijit.Â
"Terimakasih Paman! Maaf ya Paman. Aku sangat merepotkan Paman. Aku belum pernah main di sungai. Dan aku kira tidak akan membuatku celaka seperti saat ini," kata Akil yang merasa bersalah.Â
"Tidak mengapa, Akil. Jadikan ini sebagai pelajaran. Pengalaman itu pelajaran yang sangat berharga. Sekarang, Akil jadi tahu kan, bahaya jika tidak berhati-hati di sungai?" Jelas Pak Elang.Â
"Iya, Paman!" Jawab Akil singkat.Â
Bersambung...Â
Ditulis oleh Lina WHÂ