"Tapi ini Ibuku. Kamu tidak boleh memeluknya. Hanya aku yang boleh memeluk Ibuku. Anak hilang pergi sana," lanjut Noya dengan suara yang masih melengking.
Dengan spontan, Akil pun memukul punggung Noya. Noya menangis histeris.
"Akil, tidak boleh memukul ya," kata Ibu Noya dengan lembut.
"Noya nakal! Noya bilang aku anak hilang!"
"Lain kali, Noya dinasehati saja ya. Tidak boleh memukul ya," lanjut Ibu Noya.
Akil hanya menganggukkan kepala. Lalu pergi ke dapur untuk mengambil ember kecil dan lap. Ember kecil lalu diisi dengan air, dan dibawanya ke depan rumah. Akil masih melihat Noya bermanja-manja di pangkuan Ibunya. Akil pun tidak menghiraukan hal tersebut, dan berfokus dengan yang akan dikerjakan yaitu mengelap kaca jendela dan pintu rumah Noya dari debu.
Ibu Noya terharu dengan apa yang dilakukan Akil. Akil anak yang rajin. Menyapu halaman dan sekarang hendak membersihkan kaca jendela dan pintu dari debu yang menempel.
"Akil, istirahatlah. Biar nanti Bibi yang membersihkan," pinta Ibu Noya kepada Akil.
"Aku saja, Bibi. Aku selalu mengerjakan hal ini di rumah kalau pagi. Ibuku mengajariku seperti ini," jawab Akil yang membuat Ibu Noya semakin terharu.
"Baiklah kalau begitu. Tapi lekas istirahat jika lelah ya," kata Ibu Noya yang mengizinkan Akil tetap melakukan pekerjaan yang hendak Akil lakukan.
Noya lalu masuk ke ruang bermainnya yang penuh dengan mainan kesukaan Noya. Sedangkan ibu Noya menuju dapur hendak melihat bolu wortel yang tadi sudah dipanggang ke dalam oven. Kali ini Ibu Noya membuat bolu wortel dalam jumlah yang agak banyak, supaya Akil tetap lahap makan.