Menjelang malam, Akil dan Noya saling berantem. Hanya masalah sepele dan bisa diatasi oleh Ayah dan Ibu Noya. Mungkin karena Akil sangat sedih, tidak bisa pulang. Jadi lebih sensitif dan agresif saat diganggu Noya.
"Ibu! Akil pukul aku lagi," teriak Noya sambil menangis.
Ibu Noya lalu mendekati mereka. Memeluk Noya, sambil memegang lembut tangan Akil. Akil merasa bersalah, tetapi tidak mau minta maaf.
"Akil, kamu kenapa?" tanya Ibu Noya saat melihat muka Akil yang hampir menangis.
"Akil pukul aku, Ibu. Akil nakal," teriak Noya kembali.
"Noya yang nakal. Noya bilang aku anak hilang," sahut Akil dengan tangis yang ditahan, membuat mukanya menjadi kelihatan lucu.
Ibu Noya lalu mendudukkan Akil dan Noya bersebelahan. Lalu menasehati mereka dengan penuh kasih sayang.
"Noya, tidak boleh berkata seperti itu ya. Akil sedang sedih. Kita harus membantu untuk menemukan keluarganya. Tidak boleh mengolok-olok Akil lagi ya, Nak," kata Ibu Noya dengan lembut.
"Akil memukulku," jawab Noya membela diri.