Shafira, seorang gadis kecil cantik dan energik adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama ibu tiri. Ibu kandung Shafira sudah meninggal dunia saat melahirkan Shafira. Kemudian, Ayah Shafira menikah lagi dengan tujuan ada yang merawat Shafira dan supaya Shafira merasakan kasih sayang seorang ibu.
Selain cantik, Shafira juga ramah dan baik hati. Sehingga warga desa terpencil tersebut memberi julukan Putri Rembulan kepada Shafira. Shafira menilai julukan tersebut sangat berlebihan, sehingga Shafira tetap rendah hati dan tidak sombong.
Setelah Shafira berusia 9 tahun, Ayah Shafira meninggal dunia karena sakit. Sekarang, Shafira hanya tinggal bertiga dengan ibu tiri dan kakak tirinya, yang selalu iri dan syirik dengan kecantikan Shafira.
Suatu hari, Shafira disuruh oleh ibu tirinya untuk memetik sayuran dan buah-buahan di kebun seberang sungai. Saat itu aliran sungai sangat deras. Shafira kesulitan untuk menyebrangi sungai tersebut. Namun, harus tetap dilakukan karena jika tidak dilakukan ibu tiri Shafira akan marah. Dengan hati-hati, Shafira menyebrangi sungai dan akhirnya berhasil. Buah dan sayuran pun bisa dibawa pulang dengan selamat. Dan sesampainya di rumah, Shafira harus memasak sayuran tersebut untuk ibu tiri dan kakak tirinya. Serta menghidangkan buah-buahan yang telah dikupas.
Setiap hari Shafira selalu melakukan rutinitas seperti itu, memetik buah dan sayur serta memasak untuk ibu tiri dan saudara tiri. Namun, Shafira tetap menjalaninya dengan senang hati. Dan suatu hari karena Shafira pusing dan harus menyebrangi arus sungai yang deras, akhirnya Shafira terjatuh dan terbawa arus sungai. Wajahnya penuh luka karena benturan batu sungai dan ranting pohon yang terbawa arus. Diantara sadar dan tidak sadar, Shafira merasa ada seekor kelinci besar yang menolongnya. Kelinci tersebut dengan mudah mengangkat tubuh Shafira ke tepi sungai, kemudian mengobatinya dan memberinya makan. Lalu, tiba-tiba seekor kelinci besar tersebut hilang dari pandangan Shafira saat Shafira sadar sepenuhnya. Dan betapa kagetnya Shafira, saat dilihat keranjangnya sudah penuh dengan sayuran dan buah-buahan. Tanpa berfikir panjang, akhirnya Shafira pun bergegas membawa pulang keranjang tersebut, supaya tidak dimarahi oleh ibu tirinya.
Sesampainya di rumah, Shafira langsung memasak dan menghidangkan makanan tersebut kepada ibu tiri dan saudara tirinya. Kemudian, Shafira pergi ke kamar untuk mengaca karena wajahnya terasa perih. Dan betapa kagetnya Shafira setelah melihat wajahnya dari cermin. Banyak luka lecet dan lebam. Lalu, Shafira pun menangis.
Tiba-tiba, dari balik cermin tersebut muncul kelinci besar yang tadi menolongnya di sungai. Shafira kaget saat kelinci tersebut berbicara kepadanya.
"Jangan bersedih, Shafira. Kamu tidak akan tertolak karena wajahmu yang seperti itu. Mereka tetap akan menerimamu karena kebaikanmu," kata kelinci tersebut dan perlahan-lahan lenyap dari pandangan Shafira.
"Shafira, mukamu yang jelek itu akan membuat warga kampung yang dulu memujamu akan menghinamu. Mereka akan membencimu!" kata ibu tiri Shafira setelah melihat wajah Shafira yang tidak secantik dulu lagi.
Shafira bersedih, karena setiap hari menerima penghinaan dari ibu tiri dan saudara tirinya. Semakin hari mereka semakin menindas Shafira untuk dijadikan pembantu tanpa dibayar.
Akhirnya Shafira tidak kuat lagi, dan memutuskan untuk tinggal di hutan tepi sungai. Membuat rumah dari jerami dan menghidupi diri dari hasil hutan maupun sungai. Setelah tiga hari di dalam hutan, akhirnya kelinci besar tersebut datang kembali menemui Shafira.