"Tidak! Aku harus lomba sekarang. Biar Frisya tidak sok jadi pelari!" kata Azaria yang tetap pada pendiriannya.
"Teman-teman, aku menerima tantangan Azaria. Tolong kalian jadi juri ya," kata Frisya kepada teman-teman lain.
"Tapi kamu sedang cidera, Frisya," kata Azalia yang merasa khawatir dengan keadaan Frisya.
"Tenanglah, ini tidak apa-apa."
Lalu, teman-teman pun akhirnya bersedia untuk menjadi juri lomba lari antara Frisya dan Azaria. Dengan penuh rasa khawatir, Azalia pun menyaksikan kembarannya lomba lari. Dan setelah pertengahan lomba, Frisya sudah sudah nampak lebih unggul dibandingkan Azaria. Teman-teman semakin semangat untuk memberi tepuk tangan kepada Frisya. Azalia merasa cemas. Cemas jika nanti Azaria tidak menerima kekalahannya dan semakin membenci Frisya.
Frisya akhirnya menang. Dengan kemenangannya, Frisya tidak sombong dan tetap biasa saja.
"Frisya, bagaimana kakimu?" tanya Azalia yang merasa cemas.
"Aku tidak apa-apa, kok. Tenang saja," Frisya pun memberi jawaban dengan ramah.
"Hore, Frisya hebat. Azaria, kamu kalah!" kata Ammar, teman yang ikut menyaksikan perlombaan itu.
"Ammar, kamu tidak boleh begitu. Azaria hebat, kok!" balas Frisya dengan senyum manis.
Azaria pun akhirnya mengaku kalah dan meminta maaf kepada Frisya. Frisya juga memaafkan Azaria. Kemudian, Azalia juga meminta maaf kepada Frisya atas kesalahan yang dilakukan oleh saudara kembarnya.