Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fabel - Elang dan Murai [Bagian 4]

28 Desember 2018   15:14 Diperbarui: 28 Desember 2018   23:14 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat kemudian, Eshal datang dengan membawa daun jerami kering terbaik untuk membuat sarang Mona dan Moni. Mona menyambutnya dengan bersuka cita. Namun, Moni tetap murung sambil berusaha mendapatkan makanan saat menyaksikan keceriaan Mona dan Eshal.

"Mona tidak menuruti aku. Dan aku harus bersusah payah seperti ini untuk mencari makan sendiri," gumam Moni dengan pelan.

Tiba-tiba air mata mengalir di pipi Moni. Moni kesal, sedih dan marah terhadap Mona yang lebih memilih Eshal daripada Moni, saudara kembarnya.

Mona menyaksikan tangisan Moni dari kejauhan. Tetapi Mona pura-pura tidak mengetahuinya. Rasa iba di hati Mona memang ada, tetapi tidak akan mudah ditunjukkan kepada Moni supaya Moni tidak keras kepala.

"Mona, lihatlah! Moni menangis," kata Eshal pelan sambil berbisik kepada Mona.

"Biarkan saja, Eshal. Aku merasa iba. Tapi aku akan tetap mendiamkannya. Dan semoga Moni paham apa arti diamku," jawab Moni dengan santai.

Eshal dan Mona tetap menyelesaikan pembuatan sarang. Sengaja dibuat yang kokoh, kuat dan luas supaya Moni nyaman saat istirahat dan kakinya yang terluka bisa disandarkan dengan nyaman.

Suara isak tangis Moni semakin terdengar. Eshal dan Mona tetap melanjutkan pekerjaannya membuat sarang.

"Mona, kamu nakal! Kamu tidak peduli lagi kepadaku. Aku sakit! Kakiku belum sembuh, tetapi kamu tetap tidak membantuku hari ini. Kamu lebih memilih Eshal! Aku tidak suka itu!" Teriak Moni dalam tangisnya yang keras.

Burung-nurung kecil lainnya merasa terganggu. Lalu mereka melihat ke arah Moni, ingin tahu apa yang terjadi.

"Hei, anak murai. Kenapa kamu menangis keras. Itu sangat mengganggu," kata induk burung derkuku dengan suara yang lantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun