Pagi menyapa dengan hangatnya sinar matahari. Mona pun memulai aktivitas pagi dengan mencari makanan di tempat tinggal barunya. Sangat berlimpah, membuat Mona semakin semangat memakannya.
Sementara Moni hanya tetap terduduk di atas dahan yang agak nyaman dengan kakinya yang masih terluka. Mona masih kecewa dengan sikap Moni terhadap Eshal. Dan berniat ingin memberi pelajaran kepada Moni dengan tidak memberinya makanan dan minuman.
Lalu, Moni yang sudah merasa lapar pun berusaha memanggil Mona. Namun Mona pura-pura tidak mendengar, dan tetap asyik dengan makanan yang berlimpah di hadapannya saat ini.
"Mona! Aku lapar! Cepat Mona, kemarilah!" Teriak Moni dengan air mata yang hampir menetes di pipinya.
Mona tetap pura-pura tidak mendengar, dan sudah bertekad untuk memberi pelajaran kepada Moni. Moni yang merasa tidak dihiraukan pun nekat untuk terbang menyusul Mona. Tetapi sayang, Moni tidak bisa mendarat dengan sempurna. Kaki Moni tergelincir, dan dengan susah payah mempertahankan tubuhnya supaya tidak terjatuh. Moni kesakitan. Tetapi, Mona tetap diam membisu.
"Mona, kamu tidak peduli terhadapku yang sudah lapar ini ya?" Tanya Moni ketika sudah berada di samping Mona.
Mona masih terdiam. Berpura-pura sibuk dengan makanan yang sudah ada di hadapannya.
"Mona! Kamu dengar tidak!" Teriak Moni kembali.
"Kenapa kamu teriak begitu, Moni?" Tanya Mona dengan muka yang tidak memandang Moni.
"Aku sudah lapar. Tapi kamu tidak memperdulikan aku yang sedang sakit!"
"Untuk apa? Bukannya kamu sudah bisa hidup sendiri tanpa bantuan yang lainnya?" Lanjut Mona dengan pertanyaan yang menyingung.