Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fabel - Caltha [Bagian 8]

25 Desember 2018   14:26 Diperbarui: 25 Desember 2018   14:38 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di luar cangkang keong, Caltha hanya duduk sambil melihat-lihat sekitar. Berharap akan melihat Bibi Karen, Kiree atau Paman Gerald. Beberapa saat setelah di luar, Caltha merasa merinding karena angin tiba-tiba bertiup kencang. Lalu, Caltha masuk kembali dan menemui Ibunya.

"Ibu, angin bertiup sangat kencang. Aku takut di luar, Ibu!" Kata Caltha dengan badan yang masih merinding.

"Di dalam saja, Caltha. Sabar mencari mereka. Yang penting Karen sudah tahu kalau salah satu bayi larvanya kita rawat," jawab Ibu Caltha.

"Setidaknya hal tersebut sudah membuat Karen tenang," sambung Ayah Caltha.

Lalu Caltha kembali mengintip suasana di luar. Dan ternyata hujan turun kembali, tetapi tidak selebat hujan sebelumnya. Caltha merasa khawatir. Khawatir atas Kakek Bisri, Bibi Karen, Kiree dan Paman Gerald.

"Ibu, di luar hujan lagi. Tapi tidak selebat tadi," kata Caltha kemudian.

"Hujan itu anugrah, Nak! Sudah lama tidak hujan. Pohon-pohon supaya dapat nutrisi kembali," jawab Ibu Caltha dengan tenang.

"Iya, Ibu. Tapi bagaimana dengan Bibi Karen, Kiree dan Paman Gerald?" Tanya Caltha dengan cemas.

"Mereka sudah dewasa dan sehat. Pasti tahu apa yang harus dilakukan," jawab Ayah Caltha dengan penuh keyakinan.

"Lalu bagaimana dengan Kakek Bisri? Apakah sudah ada persediaan makanan?" Caltha pun kembali melontarkan pertanyaan untuk mengurangi rasa cemasnya.

"Tenanglah, Nak! Ayah dan Ibu sudah menyimpan makanan di rumah. Kakekmu akan baik-baik saja," kata Ayah Caltha.

"Oh, syukurlah kalau begitu."

Caltha memandangi adik-adiknya yang sedang tertidur pulas. Sesekali mengusap kening adik-adiknya secara bergantian.

"Ibu, mungkin mereka terlalu lelah," kata Caltha.

"Mungkin. Tapi biarkan mereka bangun sendiri. Jangan dibangunkan paksa," kata Ibu Caltha yang melarang Caltha membangunkan adiknya.

Ayah Caltha mencoba mengintip suasana di luar cangkang keong. Hujan sudah berhenti, tetapi suasana dingin masih dirasa. Dan sepertinya hari juga sudah menjelang sore. Ayah Caltha juga melihat sampah daun kering dan ranting pohon berserakan di mana-mana. Air masih menggenang.

"Sepertinya kita akan menginap di sini, malam ini. Suasana di luar tidak memungkinkan kita untuk pulang," kata Ayah Caltha setelah melihat keadaan di luar.

"Tidak mengapa. Di sini aman dan nyaman," lanjut Ibu Caltha.

"Kakek bagaimana, Ayah? Nanti Kakek pasti kebingungan mencari kita," kata Caltha dengan cemas.

"Kakek Bisri akan baik-baik saja. Aku sudah pamit," jawab Ayah Caltha yang membuat Caltha sedikit tenang.

Setelah adik-adik Caltha serta bayi larva bangun, Caltha segera menyiapkan makanan. Mereka makan dengan lahap dan mematuhi aturan keluarga yang sudah sering diajarkan. Viena, Winnie, Xavier, Yigit dan Zain makan sendiri, tanpa bersuara. Caltha sibuk menyuapi bayi larva. Ibu Caltha duduk diantara anak-anaknya yang sedang makan, senang melihat anaknya yang patuh aturan dan selalu rukun. Sedangkan Ayah Caltha keluar cangkang keong untuk melihat situasi di luar yang mulai gelap.

Tiba-tiba Ayah Caltha melihat Gerald si garengpong melintas rendah di dekatnya.

"Gerald! Gerald!" Panggil Ayah Caltha dengan keras.

"Hei! Bagaimana? Sudah bertemu dengan anak-anakmu?" Tanya Gerald kemudian.

"Sudah. Mereka ada di dalam cangkang keong ini. Bersama bayi larva juga. Oh iya, mana Karen dan Kiree? Apakah kalian masih berpencar?"

"Karen dan Kiree sedang istirahat di sana. Mereka kelelahan dan kondisi Karen juga belum stabil," jawab Gerald.

"Mari masuk dulu," ajak Ayah Caltha kepada Gerald.

Setelah sampai di dalam, mereka berembuk bagaimana mbetitahu Karen tentang keberadaan bayi larva.

"Kondisi kesehatan Karen sedang menurun. Bagaimana kalau bayi larva biar di sini dulu. Lalu aku susul Karen untuk memberitahukan kabar ini," usul Gerald.

"Baiklah kalau begitu. Untuk sementara waktu, biarkan bayi larva kami yang rawat," kata Ayah Caltha.

Keesokan harinya.

Pagi yang cerah dan matahari mulai bersinar. Tanah masih lembab karena hujan kemarin. Caltha sudah bangun lebih awal dan mencari makanan. Demikian juga dengan Ayah dan Ibu Caltha. Adik-adik Caltha masih tidur.

Beberapa saat setelah mereka sampai kembali ke cangkang keong, tiba-tiba ada yang memanggil.

"Caltha! Kamu masih di dalam?" Panggil Bibi Karen dengan suara nyaring.

"Ibu, ada yang memanggil," kata Caltha kepada Ibunya.

"Sepertinya itu Karen. Biarkan Ayah dan Ibu yang keluar," kata Ibu Caltha.

Ayah dan Ibu Caltha lalu mempersilahkan mereka masuk. Karen pun tidak sabar untuk segera masuk dan melihat bayi larvanya.

"Larvakuu, kamu sangat gemuk. Pasti kamu dirawat baik-baik oleh Caltha, Viena, Winnie, Xavier, Yigit dan Zain. Ibu bersyukur kamu selamat, Nak!" Kata Karen dengan gembira dan kemudian meneteskan air matanya. Karen tidak sempat berbasa-basi. Dan bayi larva juga nampak senang setelah bertemu kembali dengan induknya.

"Iya Bibi Karen. Kami sangat menyayangi bayi larva yang lucu itu," kata Caltha dengan polos.

Setelah berembuk, akhirnya Karen dan Kiree memutuskan untuk tetap tinggal di dalam cangkang keong tersebut, karena pertimbangan kondisi kesehatan Karen. Sedangkan Gerald pulang ke rumahnya, demikian juga dengan Caltha dan keluarganya yang juga pulang ke rumah masing-masing.

Selesai... 


Ditulis oleh Lina WH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun