"Oh, syukurlah kalau begitu."
Caltha memandangi adik-adiknya yang sedang tertidur pulas. Sesekali mengusap kening adik-adiknya secara bergantian.
"Ibu, mungkin mereka terlalu lelah," kata Caltha.
"Mungkin. Tapi biarkan mereka bangun sendiri. Jangan dibangunkan paksa," kata Ibu Caltha yang melarang Caltha membangunkan adiknya.
Ayah Caltha mencoba mengintip suasana di luar cangkang keong. Hujan sudah berhenti, tetapi suasana dingin masih dirasa. Dan sepertinya hari juga sudah menjelang sore. Ayah Caltha juga melihat sampah daun kering dan ranting pohon berserakan di mana-mana. Air masih menggenang.
"Sepertinya kita akan menginap di sini, malam ini. Suasana di luar tidak memungkinkan kita untuk pulang," kata Ayah Caltha setelah melihat keadaan di luar.
"Tidak mengapa. Di sini aman dan nyaman," lanjut Ibu Caltha.
"Kakek bagaimana, Ayah? Nanti Kakek pasti kebingungan mencari kita," kata Caltha dengan cemas.
"Kakek Bisri akan baik-baik saja. Aku sudah pamit," jawab Ayah Caltha yang membuat Caltha sedikit tenang.
Setelah adik-adik Caltha serta bayi larva bangun, Caltha segera menyiapkan makanan. Mereka makan dengan lahap dan mematuhi aturan keluarga yang sudah sering diajarkan. Viena, Winnie, Xavier, Yigit dan Zain makan sendiri, tanpa bersuara. Caltha sibuk menyuapi bayi larva. Ibu Caltha duduk diantara anak-anaknya yang sedang makan, senang melihat anaknya yang patuh aturan dan selalu rukun. Sedangkan Ayah Caltha keluar cangkang keong untuk melihat situasi di luar yang mulai gelap.
Tiba-tiba Ayah Caltha melihat Gerald si garengpong melintas rendah di dekatnya.