Sesampainya di luar cangkang keong, Caltha hanya duduk sambil melihat-lihat sekitar. Berharap akan melihat Bibi Karen, Kiree atau Paman Gerald. Beberapa saat setelah di luar, Caltha merasa merinding karena angin tiba-tiba bertiup kencang. Lalu, Caltha masuk kembali dan menemui Ibunya.
"Ibu, angin bertiup sangat kencang. Aku takut di luar, Ibu!" Kata Caltha dengan badan yang masih merinding.
"Di dalam saja, Caltha. Sabar mencari mereka. Yang penting Karen sudah tahu kalau salah satu bayi larvanya kita rawat," jawab Ibu Caltha.
"Setidaknya hal tersebut sudah membuat Karen tenang," sambung Ayah Caltha.
Lalu Caltha kembali mengintip suasana di luar. Dan ternyata hujan turun kembali, tetapi tidak selebat hujan sebelumnya. Caltha merasa khawatir. Khawatir atas Kakek Bisri, Bibi Karen, Kiree dan Paman Gerald.
"Ibu, di luar hujan lagi. Tapi tidak selebat tadi," kata Caltha kemudian.
"Hujan itu anugrah, Nak! Sudah lama tidak hujan. Pohon-pohon supaya dapat nutrisi kembali," jawab Ibu Caltha dengan tenang.
"Iya, Ibu. Tapi bagaimana dengan Bibi Karen, Kiree dan Paman Gerald?" Tanya Caltha dengan cemas.
"Mereka sudah dewasa dan sehat. Pasti tahu apa yang harus dilakukan," jawab Ayah Caltha dengan penuh keyakinan.
"Lalu bagaimana dengan Kakek Bisri? Apakah sudah ada persediaan makanan?" Caltha pun kembali melontarkan pertanyaan untuk mengurangi rasa cemasnya.
"Tenanglah, Nak! Ayah dan Ibu sudah menyimpan makanan di rumah. Kakekmu akan baik-baik saja," kata Ayah Caltha.