Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hilang Nurani - Bagian 9

12 Desember 2018   19:21 Diperbarui: 12 Desember 2018   19:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini Kanaya berangkat ke kampus sendirian dengan naik angkutan umum. Bisa saja, tanpa ada rasa galau, gundah ataupun penyesalan. Tetap menjalani harinya dengan semangat walaupun tanpa cinta.

"Ah, apalah artinya cinta jika cinta itu hanya dusta. Lebih baik aku sendiri. Tidak ada yang mengatur, memeras ataupun membohongi," kata Kanaya dalam hati.

Di lobi kampus, Kanaya bertemu Betty.

"Kan, tadi aku ke kost kamu. Eh, kamu sudah berangkat ya?" Kata Betty membuka pembicaraan.

"Iya, aku naik angkutan umum. Jadi lebih awal sedikit dari kost. Kamu kok nggak kasih kabar dulu?" Jawab Kanaya kemudian.

"Yah kirain nggak akan kecele!" Dan merekapun menuju kelas berbarengan.

"Bet, kamu cerita ke yang lain nggak tentang aku dan Athen?" Tanya Kanaya di dalam kebisingan kelas yang belum dihadiri dosen.

"Nggak! Tapi aku pengen cerita ke Aldo," kata Betty jujur.

"Jangan, Bet! Ini masalahku. Biarlah aku sendiri yang menyelesaikan. Aku hanya melibatkanmu untuk menyimpan barang rampasanku. Dan aku juga nggak tahu mau diapakan nanti. Yang jelas, motor yang dipakai Athen itu dibeli pakai uang Bela. Tapi atas nama Athen."

"Kalau gitu, kita serahkan ke Bela aja BPKB nya."

"Jangan! Jangan libatkan orang lain. Ini masalahku. Dan aku hanya ingin membuat Athen bingung. Bulan depan pajak tahunan motor harus dibayarkan, dan itu membutuhkan BPKB. Aku hanya ingin membuat Athen bingung saja. Setelah itu, mau aku kembalikan diam-diam," lanjut Kanaya dengan nada santai.

"Ah, paling cuma kena denda!"

"Tak mengapa. Yang jelas Athen sudah kebingungan mencari. Belum lagi tentang file skripsi yang aku kacau."

"Sadis banget sih kamu Kan!" Lanjut Betty yang tidak percaya dengan kelakuan Kanaya. Betty sudah hampir empat semester bersahabat dengan Kanaya. Yang Betty tahu, Kanaya itu lembut dan jarang bicara jika tidak diajak bicara. Tetapi tak disangka, ternyata Kanaya bisa sadis dan kejam juga.

Di dalam kelas, Betty lebih memperhatikan Kanaya. Sering curi-curi pandang melihat raut muka Kanaya yang santai dan serasa tidak punya masalah. Tetap nampak aktif dan kooperatif seperti biasa di dalam kelas.

Setelah kuliah selesai pun mereka pulang bersama dan hendak masak di kost Kanaya.

"Bet, ke minimarket dulu ya. Stok minyak gorengku habis," kata Kanaya dan mereka pun segera berjalan kaki menuju minimarket yang masih ada di area kampus.

Kanaya mengambil dua bungkus refill minyak goreng kemasan satu liter.

"Kan! Kenapa nggak dua liter satu kemasan sekalian. Kan lebih hemat," usul Betty.

"Enggak, Bet!" Jawab Kanaya sinngkat. Kanaya membeli dua kemasan karena mempunyai rencana yang tidak diungkapkan.

Setelah setelah belanja usai, mereka menuju parkiran motor. Mata Kanaya tertuju kepada sebuah motor. Dan motor itu adalah motor milik Athen. Dengan cekatan Kanaya mengambil gunting kecil yang selalu ada di dalam tempat pensilnya dan segera menggunting salah satu kemasan refill minyak goreng yang baru saja dibelinya.

Betty hanya bengong sambil memperhatikan dan tidak bertanya tentang itu. Dan tak disangka Kanaya telah menuangkan isi minyak goreng kemasan satu liter tersebut ke dalam lubang knalpot motor Athen.

"Kan! Kejam banget sih kamu!" Kata Betty karena kaget dengan tindakan Kanaya barusan.

"Kejam mana sama Athen? Athen sudah membuat orang tua dan adik-adikku kecewa denganku. Athen juga sudah mempengaruhi aku untuk memeras orang tuaku. Dan aku akan membalas itu lebih sadis," kata Kanaya tegas tanpa merasa bersalah atas tindakannya barusan.

"Bagaimana jika ada yang mengadu ke Athen? Memang nggak ada yang melihat dan nggak ada CCTV. Tapi bagaimana jika ada yang mengintip tanpa kita ketahui? Kamu nggak takut?" Lanjut Betty sedikit khawatir terhadap Kanaya.

"Biarkan saja! Aku nggak takut. Aku berani menghadapi. Dan aku juga berani melakukan tindakan frontal ke Athen secara langsung. Ini hanya sebuah awalan, seperti Athen dulu mengawalinya."

"Kan! Jangan gegabah. Bagaimana jika Athen lapor Polisi? Kamu mau jadi narapidana?" Ucap Betty dengan ragu.

"Lapor Polisi? Adakah nyalinya? Kalau sampai Athen lapor Polisi, sama saja Athen menyerahkan dirinya sendiri. Istilah Jawanya ulo marani gebuk! Dan aku cukup banyak bukti untuk lebih menjatuhkannya. Tenang saja, Bet!" Lanjut Kanaya dengan nada yang pasti.

Betty pun masih heran. Tapi tidak lagi melanjutkan pertanyaan kepada Kanaya. Dan segera menstater motor untuk ke kost dan masak bersama. 

Bersambung... 

Lina WH 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun