[caption id="attachment_1538" align="aligncenter" width="300" caption="Menuju Candi Sukuh"] [/caption]
Gerimis rintik-rintik kala kita dalam perjalanan menuju candi sukuh. Duh! hati merasa agak was-was jika perjalanan kali ini kurang menyenangkan. Maka itu beberapa kali merapal mantra yang mewujud jadi doa agar sampai disana semua baik-baik saja.
Saat di dalam mobil, anak-anak sudah heboh bercerita kalau candi sukuh ini candi paling saru. Banyak relief yang menggambarkan seksualitas. Saya sendiri penasaran, seperti apakah candi sukuh ini, bukan karena cerita-cerita yang mengarah pada seksualitasnya, tetapi saya penasaran dengan candi ini sejak saya membaca sebuah novel yang mengangkat cerita dari relief di candi ini. Dalam novel itu, dikisahkan tentang pengruwatan dari wujud jahat menjadi wujud yang baik.
[caption id="attachment_1539" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan dari Pelataran Candi Sukuh"]
Ahaaa! Syukur alhamdulillah harapan kita semua terkabul ketika sampai disana, hujan mereda. Meski masih mendung dan kabut pun mulai naik malah membuat candi ini makin terasa eksotis.
Begitu turun dari mobil, anak-anak sumringah berhamburan menuju pintu candi. Dan semua langsung sibuk mengabadikan dan mengambil gambar dari beberapa sudut.
Kemudian, bapak guide (yang saya lupa namanya) padahal satu mobil dengan rombongan saya, mengintruksikan agar semua berkumpul mendengarkan penjelasan karena waktu kita di candi sangat terbatas. Bapak guide memulai dengan mengklarifikasi candaan rombongan saat dalam mobil bahwa candi sukuh terkenal saru, itu semua tidak benar. Pernyataan itu adalah orang-orang yang asal bicara tanpa tahu sejarah dan nilai yang terkandung pada pembuatan candi sukuh ini.
Candi Sukuh merupakan merupakan candi peninggalan agama hindu. Didirikan pada abad XV dan ditemukan kembali pada pasa pemerintahan Belanda yang dipimpin gubernur Raffles pada tahun 1815. Lokasinya berada di kaki gunung Lawu Ngargoyaso Karanganyar.
Ciri bangunan candi ini berbeda dengan candi hindu kebanyakan yang pola bangunannya memusat. Candi ini tersusun dari 3 teras yaitu bagian Jaba, Jaba Tengah dan Jeron. Dan untuk memasuki area candi, seharusnya kita melewati sebuah bangunan gapura. Akan tetapi demi kelestarian dan pencegahan kerusakan gapura ini ditutup untuk umum. Dilantai gapura inilah terletak sebuah relief tentang pertemuan Lingga dan Yoni atau alat kelamin laki-laki dan perempuan.
[caption id="attachment_1549" align="aligncenter" width="224" caption="Pintu Gapura Utama"]
Penggambaran relief Lingga dan Yoni inilah yang sering salah diartikan sebagian orang yang tidak paham dengan nilai yang ingin disampaikan. Guide kami menceritakan bahwa penggambaran ini sejatinya hanya mengingatkan kita terhadap proses penciptaan. Aduuuh, waktu itu saya tak sempat mencatat penjelasan si bapak jadi tidak bisa menggambarkan secara gamblang.
[caption id="attachment_1540" align="aligncenter" width="224" caption="Lingga dan Yoni"]
Karena gapura utama ditutup, maka kita memasuki halaman candi melalui jalan samping. Saya sendiri paham, masyarakat kita memang belom bisa sepenuhnya menjaga peninggalan sejarah. Jadi keingetan seorang sejarahwan yang pernah bilang sama saya, Indonesia mengurusi benda hidup saja masih kewalahan apalagi mengurusi benda mati.
[caption id="attachment_1546" align="aligncenter" width="224" caption="Pelataran Candi Sukuh"]
Memasuki pelataran, lebih banyak terdapat relief-relief lingga dan yoni yang menggambarkan simbol maskulinitas dan feminitas. Nah disini pula terdapat relief yang menceritakan tentang ruwatan. Kisah tentang Ranini yang semula cantik jelita berubah wujud menjadi Durga. Kemudian dibantu oleh Sadewa, Durga ini mampu membebaskan diri melalui proses peruwatan kemudian menjadi Dewi Uma yang cantik jelita.
[caption id="attachment_1541" align="aligncenter" width="300" caption="Relief Cerita Sudamala"]
Di bagian jeron yang merupakan bagian utama candi terdapat sebuah bangunan berbentuk trapesium setinggi 6 m. Bentuknya menyerupai bangunan-bangunan yang dibuat oleh suku maya.
[caption id="attachment_1547" align="aligncenter" width="224" caption="Relief rahim"]
Dan tepat didepan bangunan itu, ada sebuah relief rahim seorang perempuan. Jadi benar adanya bahwa candi ini memang sangat terasa menggambarkan nuansa hubungan percintaan. Akan tetapi tidak dalam kontek saru, namun kepada nilai yang terkandung bahwa disanalah asal muasal kehidupan. Dan menjadi penting ketika kita memahami akan pengendalian nafsu. Dari sanalah akan lahir sebuah peradaban. Maukah yang baik atau buruk.
Perjalanan ke candi sukuh ini merupakan bagian dari event Asean Blogger Festival Indonesia, Sabtu 11 Mei 2013 .
sophy | cilacap, 15 juni 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H