Mohon tunggu...
Lina Sophy
Lina Sophy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger!

biasa saja, itu lebih baik :) Nulis juga di blog pribadi : https://www.linatussophy.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berburu Hantu : Tersesat di Kuburan (BalChen)

1 April 2011   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Ngopo to koe Gun? Bukan bau kemenyan kan?” Tanya Unyil penasaran dan membuat  teman-teman lainnya makin ketakutan.

“Dudu Nyil, iki aromanya bikin mumet… pesiiing!!!!” Jawab Gugun. Semua yang ada disitu terperanjat. Hendra cengengesan.

“iya dul, aku ngompol” Kata putra mantan model itu dengan polos.

Mereka terkekeh-kekeh, menertawakan penyakit hendra yang suka ngompol kambuh. Namun tak berapa lama suasana menjadi hening kembali. Pikiran mereka kembali pada kejadian yang baru saja dialami di rumah dukun Bambank.

“Sit… Kok tempat iki serem banget to? Neng endi to iki?” Pariyem berbisik pada Unyil. Mendengar pertanyaan Pariyem, Unyil mencoba tenang dan memperhatikan sekeliling tempat mereka. Betapa kagetnya Unyil setelah menyadari dimana mereka berada sekarang.

Secepat kilat ia menyeret tangan Pariyem sambil berteriak “Pandawa kaburrrr… kita di kuburaaaaaaaannnn”

Serentak ketujuh anak tersebut tunggang-langgang.

“Romoooooooooooo…. Toloooooongggg…” teriak Hendra sambil menangis dan memegangi celana yang semakin banjir.

Mereka tidak menyadari arah saat mereka lari dari rumah dukun Bambank. Asal berlari sampai dipinggiran desa dan mblesek ditengah kuburan.

“Mak Murniiiiiii… Papih Yo… Huwaaaaaaaa… Pandawaaaaaaaa… tuluuuuuuuuuunggggg, aku ditangkep setaaaaannnn” Teriak Jenni sambil menangis, karena dia merasa ada yang menarik dan tidak bisa berlari. meskipun ketakutan demi rasa persahabatan yang berada diatas segalanya, para pandawa ikut berhenti.

“Tuluuuuuuuunggg tangannya setan narik-narik bajuku”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun