“Ngopo to koe Gun? Bukan bau kemenyan kan?” Tanya Unyil penasaran dan membuat teman-teman lainnya makin ketakutan.
“Dudu Nyil, iki aromanya bikin mumet… pesiiing!!!!” Jawab Gugun. Semua yang ada disitu terperanjat. Hendra cengengesan.
“iya dul, aku ngompol” Kata putra mantan model itu dengan polos.
Mereka terkekeh-kekeh, menertawakan penyakit hendra yang suka ngompol kambuh. Namun tak berapa lama suasana menjadi hening kembali. Pikiran mereka kembali pada kejadian yang baru saja dialami di rumah dukun Bambank.
“Sit… Kok tempat iki serem banget to? Neng endi to iki?” Pariyem berbisik pada Unyil. Mendengar pertanyaan Pariyem, Unyil mencoba tenang dan memperhatikan sekeliling tempat mereka. Betapa kagetnya Unyil setelah menyadari dimana mereka berada sekarang.
Secepat kilat ia menyeret tangan Pariyem sambil berteriak “Pandawa kaburrrr… kita di kuburaaaaaaaannnn”
Serentak ketujuh anak tersebut tunggang-langgang.
“Romoooooooooooo…. Toloooooongggg…” teriak Hendra sambil menangis dan memegangi celana yang semakin banjir.
Mereka tidak menyadari arah saat mereka lari dari rumah dukun Bambank. Asal berlari sampai dipinggiran desa dan mblesek ditengah kuburan.
“Mak Murniiiiiii… Papih Yo… Huwaaaaaaaa… Pandawaaaaaaaa… tuluuuuuuuuuunggggg, aku ditangkep setaaaaannnn” Teriak Jenni sambil menangis, karena dia merasa ada yang menarik dan tidak bisa berlari. meskipun ketakutan demi rasa persahabatan yang berada diatas segalanya, para pandawa ikut berhenti.
“Tuluuuuuuuunggg tangannya setan narik-narik bajuku”