Bu Gendis dan bu ketan mencari ke toilet. Bu Meisha dan Pak Kepsek mencari di pelataran keraton. Pak Bain dan Pak Dalang mencari di alun-alun. Babeh dan Pak guru Mike bergegas ke pusat informasi. Tak lama kemudian terdengar nama kedua bocah tersebut dipanggil-panggil melalui pengeras suara. “Untuk adik Hendra dan adik Ngashim dari Chentingsari agar segera kembali ke Bis atau ke pusat Informasi, karena rombongan akan segera pulang”
“Weladalah... Hendra karo Ngashim dadi terkenal yo? Asem iki aku ora disebut” Kata Jenni dengan polos yang segera disambut omelan mbok Bon.
Hari semakin sore namun kedua anak tersebut belum juga ditemukan. Semua rombongan gelisah. Bu Mesha menangis karena merasa bersalah telah memarahi Hendra tadi siang. Tiga pandawa pun tampak sangat sedih, apalagi ketika diputuskan bahwa rombongan akan tetap berangkat pulang. Hanya guru-guru yang akan tetap tinggal untuk mencari Hendra dan Ngashim.
***
Sementara dipojokan lampu merah dekat pos polisi titik 0 jogja terlihat dua anak berjongkok dengan muka gelisah. Sesekali mereka berdiri dan mengamati orang-orang yang lalu lalang siapa tahu ada yang dikenalnya.
“Shim, iki piye to? Kok durung ono sing nyusul. Kata pak Kepsek kalau kita nyasar kita di suruh cari pos Polisi yo?”
“Iyo iki Ndra, kok kita belum di jemput yo. Sabar dulu yo Ndra, kita kan anak hebat pasti akan selamat dan baik-baik saja. Kamu jangan khawatir, jangan minta pip, aku ndak ngerti tempate je” Jawab Ngashim mencoba menengkan sahabatnya.
Dan benar saja. Tidak lama setelah itu mereka melihat sosok yang dikenalnya.
“Bu Gendiiiiiiiiiiiiiiiiiiissss... Bu Ketaaaaaaaaaannnn....” teriak Hendra dan Ngashim berbarengan. Bu Gendhis dan Bu ketan yang mendengar namanya di sebut segera menoleh mencari sumbernya. Mereka segera bersyukur dan saling berpelukan dengan apa yang dilihatnya. Segera bu Ketan memberi tahu yang lainnya kalau Hendra dan Ngashim sudah ditemukan.
“Kok lama banget to bu jemput kita disini” kata Hendra.
“Lah bu Gendis yang mau nanya... kok kalian sampai disini piye critane?”