pelestarian lingkungan. Konferensi yang berlangsung di Hotel MG Setos Semarang, 11-12 Desember 2024, menghadirkan perspektif baru dalam menghadapi tantangan lingkungan global.
UIN Walisongo Online, Semarang -- Mengusung tema "Interfaith Voices for the Environment: The Role of Religion for Sustainable Planet", International Conference on Religion and Environment (ICRE) 2024 yang diselenggarakan UIN Walisongo Semarang menjadi wadah strategis dialog antaragama dalam upayaDalam sesi student panel hari pertama, Fauhanun Nabila dan Nabila Natasya, mahasiswa UIN Walisongo Semarang, memaparkan penelitian mereka yang berjudul "Balance and Sustainability: A Religious Message for a Green Future". Penelitian ini memetakan tiga krisis lingkungan kontemporer: perubahan iklim, degradasi ekosistem, dan polusi lingkungan.
"Krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini membutuhkan lebih dari sekadar solusi teknologi. Diperlukan transformasi fundamental dalam cara pandang manusia terhadap alam," ungkap Fauhanun Nabila saat membuka presentasinya.
Kedua peneliti mengusulkan transformasi cara pandang ekologis melalui tiga pendekatan. Pertama, pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan ekologis. "Pendekatan holistik memungkinkan kita memahami keterkaitan antara manusia, alam, dan spiritualitas," jelas Fauhanun Nabila.
Kedua, preservasi komprehensif yang tidak hanya fokus pada konservasi alam, tetapi juga pelestarian nilai-nilai kearifan lokal dan religious wisdom. Ketiga, gerakan kolektif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam aksi pelestarian lingkungan.
Terobosan penting dalam penelitian ini adalah pengenalan konsep Islah sebagai fondasi kerja sama antaragama dalam pengelolaan lingkungan. Nabila Natasya menekankan, "Islah tidak hanya berbicara tentang perbaikan lingkungan, tetapi juga pemulihan hubungan harmonis antara manusia dan alam."
Perbaikan spiritual: mengembalikan kesadaran manusia akan perannya sebagai khalifah di bumi
Perbaikan sosial: membangun kerja sama antaragama dan antarbudaya dalam pelestarian lingkungan
Perbaikan ekologis: implementasi praktik ramah lingkungan berbasis nilai agama
RESPONS AKADEMISI DAN PRAKTISI
Dr. Ahmad Faizin, ketua panitia ICRE 2024, menyambut positif gagasan ini. "Penelitian ini membuka perspektif baru dalam dialog antaragama untuk pelestarian lingkungan. Ini adalah langkah crucial dalam membangun kesadaran kolektif," ujarnya.
Prof. Dr. Imam Taufiq, Rektor UIN Walisongo, menambahkan, "Kami bangga mahasiswa kami mampu menghadirkan solusi inovatif yang mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan kebutuhan kontemporer pelestarian lingkungan."
Sebagai tindak lanjut, penelitian ini akan diimplementasikan dalam beberapa program:
Green Campus Initiative: program pelestarian lingkungan berbasis kampus
Interfaith Environmental Network: jaringan kerja sama antaragama untuk aksi lingkungan
Community Outreach Program: edukasi masyarakat tentang pelestarian lingkungan berbasis nilai agama
DAMPAK DAN HARAPAN
"Kami berharap penelitian ini tidak hanya berhenti sebagai wacana akademis, tetapi dapat diterapkan dalam aksi nyata," ungkap Nabila Natasya. Dia menambahkan bahwa kolaborasi antaragama dalam isu lingkungan dapat menjadi model kerja sama di bidang lain.
Konferensi ini menegaskan posisi UIN Walisongo sebagai pionir dalam mengintegrasikan nilai religius dengan aksi nyata pelestarian lingkungan. Melalui ICRE 2024, universitas ini membuktikan komitmennya dalam membangun dialog konstruktif antara agama dan sains untuk keberlanjutan planet.
Forum ini juga membuka peluang kerja sama internasional dalam pengembangan solusi lingkungan berbasis agama. Dengan pendekatan yang komprehensif dan inklusif, diharapkan dapat terbangun kesadaran global akan pentingnya peran agama dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan
walisongo.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H