Mohon tunggu...
Lina Susanti
Lina Susanti Mohon Tunggu... Lembaga Sertifikasi Usaha -

Selanjutnya

Tutup

Money

Audit Saldo Piutang (Bab 14 Audit terhadap Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif terhadap Saldo Piutang Usaha)

17 Maret 2016   14:36 Diperbarui: 25 Maret 2016   17:18 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Nama              : Lina Susanti

NIM                : 2014017013

Prodi              : Akuntansi    4 A1

Dosen             : M. Kuncara Budi Santosa, SE., MM., Akt., CA., CPA., BKP

 

RESUME AUDIT

AUDIT SALDO PIUTANG

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahu, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang disajikan di neraca dalam dua kelompok yaitu :

Piutang usaha merupakan jumlah yang material dalam neraca yakni piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan.

Piutang nonusaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

 

A.    Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Piutang Usaha di Neraca

1.      Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang disajikan dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.

2.      Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang tersebut adalah jumlah bersih (netto).

3.      Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di neraca.

4.      Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang  lancar.

5.      Jika jumlahnya material, piutang nonusaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha.

B.     Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

1.      Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang usaha.

Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku besar dan selanjutnya ke jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum.

2.      Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

Untuk membuktikan asersi ini, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini : pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yag berkaitan dengan piutang usaha, dan konfirmasi piutang usaha.

3.      Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan di neraca.

Untuk membuktikan asersi ini, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini : pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yag berkaitan dengan piutang usaha, dan konfirmasi piutang usaha.

4.      Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

Untuk membuktikannya auditor melakukan pengujian substantif berikut ini : pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha dan konfirmasi piutang usaha.

5.      Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini : prosedur audit awal, pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha, penilaian terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang, dan pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.

6.      Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.

Satu-satunya pengujian substantif untuk membuktikan asersi ini adalah dengan membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

C.    Program Pengujian Substantif terhadap Piutang Usaha

Prosedur audit awal

1.      Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun piutang usaha yang akan diuji lebih lanjut

Usut saldo piutang usaha yang tercantum di dalam neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar;

Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar;

Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun Piutang Usaha dan akun Cadang Kerugian Piutang Usaha;

Usut saldo awal akun Piutang Usaha dana kun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas kerja tahun yang lalu;

Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan;

Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu piutang.

Prosedur analitik

2.      Lakukan prosedur analitik.

Hitung ratio berikut ini: tingkat perputaran piutang usaha; ratio piutang usaha dengan aktiva lancar; rate of return on sales; ratio kerugian piutang usaha dengan penjualan kredit; ratio kerugian piutang usaha dengan jumlah piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih.

Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkn pada data masa lalu, data industry, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.

Pengujian terhadap transaksi rinci

3.      Periksa sampel transaksi piutang yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha.

Periksa pendebitan akun piutang usaha ke dokumen pendukung : faktur penjualan, laporan pengiriman barang, dan order penjualan;

Periksa pengkreditan akun piutang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas masuk, memo kredit untuk retur dan rabat penjualan atau penghapusan piutang.

4.      Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan retur penjualan.

Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam waktu minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca;

Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dan minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

5.      Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penerimaan kas.

Lakukan observasi apakah semua kas yang diterima pada hari terakhir tahun yang diaudit telah dimasukkan ke dalam kas di tangan atau setoran dalam perjalanan dan penerimaan kas dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan sebagai penerimaan kas tahun yang diaudit;

Lakukan review terhadap dokumentasi berikut ini: ringkasan transaksi kas harian, copy bukti setor, rekening koran bank beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca.

Pengujian terhadap saldo akun rinci

6.      Lakukan konfirmasi piutang.

Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan;

Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi dan kirimkan konfirmasi;

Untuk konfirmasi positif yang tidak diperoleh jawabannya, laksanakan prosedur alternatif berikut ini : periksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal neraca, periksa dokumen yang mendukung pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha kepada debitur yang bersangkuta.

7.      Lakukan evaluasi terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha yang dibentuk oleh klien.

Lakukan footing dan cross-footing daftar saldo piutang dan cocokkan jumlahnya dengan akun piutang dalam buku besar;

Lakukan pengujian penentuan umur piutang usaha yang dibuat oleh klien;

Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang diaudit dengan cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya;

Perisa catatan kredit untuk debitur yang utangnya telah kadaluwarsa (lewat waktu).

Verifikasi penyajian dan dan pengungkapan

8.      Bandingkan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Periksa klarifikasi piutang usaha ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar;

Periksa jawaban konfirmasi bank;

Periksa klarifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha;

Periksa kecukupan pengungkapan akuntansi untuk piutang antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, anjak piutang;

Periksa surat representasi klien mengenai piutang, sesudah tanggal neraca, untuk menentukan ketepatan pisah batas.

 

 

Sumber Resume (Daftar Pustaka) :

Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta. Salemba Empat.

(Bab 14 Audit terhadap Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif terhadap Saldo Piutang Usaha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun