Foto Pernikahan Suami Sahabatku
Sore yang sejuk, hembusan angin lembut membelai wajahku. Sepulang kantor,  menikmati segelas coklat hangat di cafe langgananku. Musik yang lembut mengalun begitu menenangkan jiwa. Dari balik kaca kulihat kesibukan ibu kota sore ini.  Sebentar lagi jalanan  hectic, padat merayap dengan  klakson yang menjerit-jerit ingin saling mendahului. Ibu kota kadang terlihat begitu keras,  terlebih untuk seorang single mom sepertiku. Namaku Anita, usiaku 39 tahun dengan satu anak. Tahun ini genap lima tahun aku menjalani hidup berdua dengan putri semata wayangku, setelah putusan pengadilan menyatakan pernikahanku resmi berakhir baik secara hukum agama maupun negara.
Menikmati berselancar di sosial media milik om Mark, sambil menyeruput coklat hangat dan croissant favoritku. Sedang asyik-asyiknya berselancar. Degh. aku tertegun, mendapati beranda facebookku terpampang sebuah foto pernikahan. Dia, lelaki yang ada dalam pernikahan dengan adat Sunda itu adalah suami sahabatku. Berkali aku menggosok-gosok mata, memandang dengan seksama dan memperbesar foto berkali-kali, memastikan bahwa lelaki itu benar-benar Andre, suami Mitha sahabatku.
Penasaran, aku buka pemilik akun yang memposting foto pernikahan sebagai foto profilnya. Dua anak manusia bersanding dengan senyum merekah, sang wanita tampak begitu bahagia dalam pelukan hangat sang mempelai lelaki, dan lelaki di foto itu adalah Andre, suami sahabatku.
 Windy Endriyana Anggita, nama pemilik akun yang memposting foto mesra bersama suami sahabatku. Sebenarnya nama yang anggun, orangnya pun terlihat cantik dan terpelajar. Ada embel-embel M.Sc di belakang namanya. Tidak, bukan dia memberi nama sosial media lengkap dengan gelarnya. Gelar M.Sc. terlihat dari beberapa sertifikat penghargaan yang dipostingnya.
Dari sosial medianya terlihat perempuan cantik itu  adalah karyawan perusahaan  multinasional yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Jelas sekali  detail identitas perempuan itu di sosial medianya. Berani sekali wanita ini, bersikap tak pantas dan sembrono dengan akun identitas asli. Banyak foto terpampang di sana., dari foto bersama rekan kerjanya, foto kantornya, foto kegiatan liburan sampai foto dia bersama lingkungan sosialnya.  Aku kaget banyak foto mesra bersama Andre menghiasi album facebooknya. Foto-foto liburan ke berbagai daerah, dari Yogya, Bali, Lombok, Labuan Bajo, sampai Raja Ampat dan indahnya Cappadocia Turki. Foto-foto itu diupload  secara maraton seminggu terakhir.
Tentang Windy Endriyana Anggita, pemilik akun ini mengirimkan pertemanan kepadaku satu minggu  lalu. Apa tujuan dia mengirim  pertemanan kepadaku? Setelah diselusuri bahkan kita  tak pernah satu sekolah dari SD sampai kuliah, Kita bukan teman satu kantor, bukan teman kongkow-kongkow, bukan tetangga komplek. Tetapi dia terlihat  menginvite teman-temanku dari berbagai lini secara agresif. Saat  mengaprove permintaan pertemanan darinya, aku tidak mengecek lebih detail tentang identitasnya, hanya kutemui kita berada di grup yang sama yaitu grup kepenulisan dan travelling di facebook. Â
Terlintas di pikiranku, ah mungkin dia hanya  ingin memamerkan foto-foto mesranya bersama Andre, lalu berharap aku menyampaikan kepada Mitha. Entahlah, aku tak tahu persis apa maksudnya. Satu yang pasti, ada yang tak elok di balik intelektualitasnya. Bagaimana mungkin seorang dengan standar intelektualitas  baik, rasanya terlalu bodoh mengupload foto pernikahan dan foto -foto mesra di ruang publik dengan status pasangannya yang masih terikat dalam pernikahan yang sah. Apa hebatnya menunjukan kemesraan dengan seseorang yang jelas-jelas masih berstatus sah suami wanita lain. Apakah dia tidak berfikir jauh tentang karirnya, tentang karir lelakinya,  tentang marwah yang harus dia jaga sebagai seorang wanita. Ternyata lulusan master luar negeri sekalipun bisa berubah menjadi bodoh dan tak beretika ketika berurusan dengan cinta. Entahlah...
Kutelepon sahabatku Mitha, aku ingin memastikan apakah dia baik-baik saja. Apakah dia sudah mengetahui foto suaminya yang beredar di ruang publik itu.
"Mit, Kamu di mana?"
"Di luar bersama anak-anak dan suami, biasa ngemil sore. Ayahnya pengen makan pizza." Mitha berceloteh tanpa beban.