"Terus aku harus apa, jadi spionase, mematai-matai Andre? Setelah aku tahu dia selingkuh, terus aku mau apa? lmeabrak mereka, membalas dendam lalu minta cerai sama Andre? terus aku jadi janda kaya kamu. Itu yang kamu mau sebagai sahabat?' Mitha terlihat begitu emosional. Buliran bening itu akhirnya keluar dari sudut-sudut matanya.” Aku kaget dan tertegun, tak menyangka Mitha akan mengeluarkan rentetan kalimat itu.ku akan menahan sakit ini meski Andre berselingkuh, apapun itu aku akan bertahan. Aku tidak akan terpengaruh oleh provokasi perempuan itu. Tidak akan. Sejengkal pun aku tidak akan mundur meninggalkan Andre, meninggalkan anak-anak , meninggalkan semua aset dan bisnis yang aku rintis bersama Andre hanya karena affair mereka. Apa kamu tidak paham, yang diharapkan perempuan itu, dia ingin aku marah dan pergi meninggalkan Andre, lalu dia menguasai semuanya. Aku tidak akan melakukan itu, pergi meninggalkan Andre dan membiarkan wanita itu menguasainya. Aku akan bertahan dengan segala kekuatanku di sini, di samping Andre dan anak-anak." Mitha terus terisak, isakan yang begitu memilukan. Isakan seorang wanita yang tak mau semua yang dia miliki direnggut orang lain.
"Mitha, ya Allah kamu yakin bisa melalui ini. Menjalani rumah tangga di atas pengkhianatan suami " Aku pun pun ikut menangis, tak menyangka Mitha mengambil sikap yang tak bisa aku pahami.
"Aku yakin. Sekali lagi aku pastikan, aku akan tetap berdiri di sini dengan tegak. Aku tidak akan pergi meninggalkan Andre. Anita, kamu tahu persis rasa ini, sakit hati karena pengkhianatan. Tapi aku percaya sakit ini akan hilang seiring berjalannya waktu. Dengan bertahan, aku tidak akan kehilangan apapun, aku tidak kehilangan suami, anak-anak, harta, serta status sebagai istri businessman sukses dengan segala atribut dan fasilitasnya. Aku tidak akan kehilangan apapun, yang perlu aku lakukan hanyalah berdamai dengan hati dan rasa sakit ini. Aku yakin rasa sakit ini akan terkikis dengan sendirinya. Bayangkan jika aku mengambil keputusan bercerai dan pergi meninggalkan Andre, hanya ego sebagai wanita yang aku utamakan justru aku akan kehilangan semuanya. Kehilangan suami, anak-anak, kemewahan dan semua yang aku miliki, lalu menyerahkan ke perempuan sundal itu. Aku tidak rela, demi apapun aku tidak rela. Ini sakit yang jauh berlipat-lipat." panjang lebar Mitha menjelaskan prinsipnya sambil terisak.
"Ya Rabb, hati kamu terbuat dari apa Mitha. Aku tidak bisa memahami jalan pikiranmu.”
"Bantu aku dengan doa, agar kuat menjalani episode hidupku kali ini dengan ikhlas. Ini sudah menjadi catatan takdir. Bantu aku berdamai melewati rasa sakit ini. Aku tidak akan memperdulikan tingkah polah perempuan itu. Aku hanya akan fokus kepada suami dan anak-anakku. Aku anggap Andre hanya sedang bermain-main dan tersesat, aku percaya dengan kekuatan kesabaran, keikhlasan dan doa dia akan kembali utuh, jiwa dan raganya. Doain aku ya.” Mitha tersenyum dalam isak tangisnya, lalu memelukku erat. Bisa kurasakan luka itu menghujam jauh ke lubuk hatinya. Menyisakan luka dan perih yang mendalam.
Aku hanya terdiam....
Iya, Aku dan Mitha adalah dua sahabat dengan sikap yang berbeda menghadapi pengkhiatan terhadap kesetiaan. Aku tidak bisa mentolelir pengkhianatan, memilih bercerai dan menjalani hidup yang baru. melepas semua sakit dan membebaskan diri, meski harus kehilangan banyak hal. Sementara Mitha memilih mempertahankan semua miliknya dan berjuang berdamai dengan rasa sakitnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H