Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Debat Capres Cawapres, Substantifkah?

24 Desember 2023   00:07 Diperbarui: 24 Desember 2023   00:14 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan Debat Capres Cawapres yang sudah berjalan 2 kali.

Rakyat menanti lemparan gagasan yang bisa menjamin para calon-calon pemimpin ini akan bisa membawa Indonesia menjadi adil makmur sesuai tujuan Indonesia yang tertuang pada Alinea ke 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terkesan seperti acara cerdas cermat dan acara tebak-tebakan. Main jago-jagoan.

Padahal diketahui bahwa untuk memilih calon Pimpinan Lembaga saja sangat detail dan substantif.
Di sini justru terkesan lebih seperti acara cerdas cermat bahkan seperti tebak-tebakan acara cak Lontong.

Beberapa catatan yang sepertinya akan lebih mengedepankan pengusaha kelas berat yaitu tentang IKN dan hilirisasi.

Pertama, jelas dalam debat cawapres, Paslon ke 2 menyebutkan nama-nama perusahaan properti raksasa yang akan menjadi mitra dalam pembangunan, tanpa menyebutkan bagaimana pelibatan masyarakat dalam ide hebat IKN sehingga masyarakat ikut merasa memiliki Ibu Kota Nusantara.

Dalam hilirisasi, peningkatan nilai tambah suatu komoditas adalah sebuah kemustahilan jika kita menganggap pelaksanaan itu akan meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat.

Perusahaan-perusahaan pertambangan yang selama ini ada, lebih banyak dikuasai oleh segelintir pengusaha tambang yang kebanyakan tidak mengindahkan adanya kerusakan lingkungan yang semakin mempertinggi resiko pemanasan global.
Jangan berharap pertambangan rakyat akan mendapat ruang bagi hilirisasi, ijinpun bagai mengharap keajaiban dari langit.

Belum lagi adanya usaha food estate yang telah membabat habis ratusan hektar hutan di Gunung Mas Kalimantan Tengah, tetapi bahkan untuk menanam singkong saja gagal.
Belum lagi pertanyaan besar adalah, bagaimana hasil penjualan kayu-kayu hasil pembabatan hutan?
Apakah masuk ke negara atau masuk kantong pengusaha yang mendapat proyek *land clearing* atas ratusan hektar hutan yang kini menjadi gundul.

Hingga debat ke 2, belum ada program para paslon yang mengedepankan masalah ketahanan pangan.

Memuliakan petani, memberikan lahan yang dapat menjadi sumber penghasilan petani yang dapat memberi makan rakyat Indonesia.

Sebuah catatan penting dari seorang Indonesia yang menjadi pengusaha sukses di Selandia Baru, "Sebuah belum merdeka jika belum bisa mewujudkan kedaulatan pangan"

Masih ada 3 sesi debat capres dan cawapres.

Sebagai rakyat Indonesia, kita masih menanti sebuah good will yaitu gagasan yang akan mewujudkan Indonesia menjadi adil makmur.

Salam Merdeka,
Herlina Butar-Butar - LKPPI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun