Malam pukul 10.30, sepulang  mengurus masalah seorang teman baik saat akan melintas dari Sunter menuju Polres Jakarta Pusat, deru mobil kami terhalang oleh kerumunan teman-teman yang memasang spanduk di depan rel Kereta Api.
Bang Topan membelokkan kendaraan ke pinggir, saya segera turun menyapa teman-teman yang malam-malam masih ramai di lintasan kereta api yang tertutup.
Segera saya mengambil gambar dan menanyakan, "ada apa nih, kok malam-lama rame banget?" Salah seorang anak muda menjawab, "Rel kereta api ditutup oleh Dishub, padahal janji tertulis hanya sampai tanggal 27 Oktober".
"Ini dari mana yang pasang spanduk, dik?", tanya saya lagi.
"Mana nih komandan acaranya? Mau ngobrol dulu dooong...", saya mencoba mencari keterangan lain.
"Tuh, yang gondrong pake baju oranye", kata anak muda itu sambil menunjuk ke arah dua orang yang sedang asik berbicara.
Saya bergegas menuju dua orang itu dan memperkenalkan diri serta meminta sedikit keterangan.
Mas Gondrong yang ternyata bermarga Tampubolon ini mengatakan bahwa masyarakat mempertanyakan tentang komitmen Dishub yang menulis, rel KAI ditutup hingga tanggal 27, tetapi malam ini belum ada tanda-tanda akan dibuka kembali. Mereka ingin lintasan KAI dibuka agar arus kendaraan bisa kembali lancar.Â
Ninggor Gultom juga menerangkan bahwa keberadaannya warga Kemayoran agar tetap menyampaikan aspirasi dengan tertib dan baik. Jangan sampai anarkistis.
"Mereka hanya pasang spanduk, dan minta penjelasan baik-baik dari Kadishub, Andriyansyah".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H