FOMO, atau Fear of Missing Out, belakangan ini tengah ramai dibicarakan. Terutama dengan adanya media sosial yang membuat kita merasa selalu terhubung dengan dunia. FOMO merujuk pada perasaan khawatir atau cemas karena merasa ketinggalan sesuatu yang sedang tren atau yang dilakukan orang lain. Mungkin kamu pernah merasakannya, seperti saat teman-temanmu memposting foto liburan seru baik itu di pantai ataupun yang lainnya, sementara kamu cuma di rumah. Â
Namun, apakah benar FOMO selalu buruk? Â
Jawabannya tidak. Meskipun sering kali dianggap sebagai perasaan negatif yang bisa membuat kita stres, sebenarnya FOMO juga bisa memiliki sisi positif, lho. Misalnya, FOMO bisa memotivasi kita untuk lebih aktif, mencoba hal-hal baru, atau mengejar peluang yang sebelumnya tidak kita pertimbangkan. FOMO bisa membuat kita lebih sadar akan peluang yang mungkin sebelumnya terlewatkan begitu saja. Â
Coba bayangkan, tanpa adanya FOMO, mungkin beberapa dari kita tidak termotivasi untuk ikut bergabung dalam kegiatan atau acara yang akhirnya membawa banyak manfaat. Misalnya, kamu merasa tertinggal saat teman-temanmu mendaftar kursus online, volunteer atau sejenisnya, lalu akhirnya kamu memutuskan untuk ikut dan malah mendapat banyak pengetahuan baru. Dalam hal ini, FOMO mendorong kita untuk berkembang dan tidak merasa puas dengan apa yang kita punya. FOMO dapat menjadi semacam pendorong untuk tidak terjebak dalam zona nyaman, melainkan untuk terus belajar dan berkembang. Â
Sebenarnya, banyak dari kita mungkin tidak sadar bahwa rasa takut tertinggal ini adalah dorongan alami manusia. Kita sebagai makhluk sosial memang cenderung ingin menjadi bagian dari kelompok atau komunitas. Ketika kita melihat orang lain melakukan sesuatu yang terlihat menyenangkan atau produktif, secara alami kita ingin ikut terlibat. Ini adalah insting sosial yang sebenarnya sudah ada sejak dulu. Di zaman modern, media sosial hanya memperkuat perasaan ini dengan memberi akses tanpa henti ke kehidupan orang lain.
Lalu, apa dampak negatif dari FOMO?
Namun, di sisi lain, FOMO juga bisa berdampak buruk jika tidak kita kelola dengan baik. Perasaan cemas atau iri terhadap kehidupan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan di media sosial bisa menyebabkan stres dan rendahnya rasa percaya diri. FOMO yang berlebihan juga bisa membuat kita merasa terjebak dalam perbandingan sosial, seolah-olah kita harus selalu berada di depan untuk tidak merasa tertinggal. Ini bisa menyebabkan rasa tidak puas dan kelelahan mental. Terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain hanya akan membuat kita merasa kelelahan, dan akhirnya kehilangan arah hidup kita sendiri. Â
Bayangkan jika setiap hari kita hanya fokus pada apa yang orang lain miliki dan lupa bersyukur atas apa yang kita punya. Bukankah itu melelahkan? Apalagi jika yang kita lihat di media sosial hanyalah versi "terbaik" dari kehidupan orang lain, yang mungkin saja sebenarnya tidak sepenuhnya seperti itu.
Bagaimana cara mengatasi nya?
Cara untuk mengatasi dampak negatif FOMO adalah dengan lebih fokus pada diri sendiri dan apa yang kita miliki. Alih-alih terus membandingkan hidup kita dengan orang lain, kita bisa berusaha untuk menikmati momen yang ada dan menjalani kehidupan dengan cara kita sendiri. FOMO memang bisa jadi pemicu untuk lebih produktif, tapi jangan sampai perasaan itu mengendalikan hidup kita. Dengan mengenali potensi FOMO yang ada, kita bisa belajar mengatur ekspektasi diri dan merencanakan waktu dengan lebih bijak. Â