"Waalaikumussalam, Pak..."
Â
Suara balasan itu seperti sebuah paduan suara yang menyanyikan lagu wajib, di telingaku itu sudah tidak asing lagi. Begitulah suasana kelas di tempatku mengajar. Mahasiswa di kampusku selalu didominasi dengan perempuan. Hanya sepuluh persen saja mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki. Jadi wajar kalau susana kelas ribut dengan kicauan, namanya saja cewek. Ada saja bahan mereka.
 Satu orang bicara yang lain tidak mau kalah, harus lebih heboh dari temannya. Bahkan tidak jarang pembicaraan keluar dari materi kuliah yang sedang dibahas. Aku sebagai dosennya dituntut harus memiliki penguasaan kelas yang tepat untuk menandingi mereka. Tetapi untungnya antusias mereka positif dan tentu saja kreatif. Jujur aku sangat berbangga dan bahagia menikmati kebersamaan kami di saat proses perkuliahan berlangsung. Mereka adalah semangatku untuk lebih maju. Aku harus memperkaya diri dengan ilmu supaya aku bisa menyuapi mereka di kala sedang lapar ilmu. Hari ini menjadi sangat menarik karena telah terjadwalkan untuk berdiskusi tentang novel terjemahan. Biasanya dalam mata kuliah sastra bandingan selalu ada pembacaan tentang novel-novel terjemahan. Sudah beberapa novel yang telah dibahas pada kelas ini. Bak dikomando, serempak mereka memilih novel terjemahan dari Korea, Maklum, lagi musim Korea.Termasuk novel yang berjudul Style karya seorang penulis best seller Korea bernama Baek Young-Ok. Dari lima kelompok hanya satu yang agak berbeda, kelompok N.H. Dini yang memilih novel terjemahan karya Timeri N Murari yang berjudul Taj. Dari judulnya tercermin asalnya, ya dari negeri "Uttaran" sebuah sinetron India yang sempat hits di Indonesia. .Sepintas novel itu menarik, sampul depan bergambar seorang perempuan Hindi yang tentu saja cantik dengan mata, hidung, bibir yang sangat indah. Tak lupa ornamen hiasan wajah perempuan khas India.Â
 "Assalamualaikum, Pak Iyan."  Tiba-tiba suasana kelas dialihkan dengan kedatangan Pak Mahdin, rekanku sama-sama dosen di kampus ini.Â
"Waalaikumussalam,Pak Mahdin silakan masuk." Kulihat dengan ekspresi gembira Pak Mahdin masuk ruangan dan langsung menjabat tanganku dengan ucapan selamat. Keningku mengerut tidak mengerti dengan ucapan itu, rupanya Pak Mahdin mengira aku sudah tahu informasinya. Tanpa menungguku bertanya beliau langsung memberitahukanku bahwa aku lulus beasiswa program S3 di Monash university Melbourne, Australia. Segera kubuka pos-elku, benar alhamdulillah.
Â
    Aku tak bisa menakar perasaanku. Kabar ini memang sudah kutunggu dari kemarin-kemarin. Segala puji bagi-Mu ya Rabbi, Kau telah mengijabah perjuanganku selama ini. Tidak kurang setahun aku berusaha untuk meraihnya, tentunya dihiasi dengan berbagai tantangan, yah tantangan yang kini sudah kutaklukkan. Meskipun aku sangat sadar bahwa di depan sana tantangannya jauh lebih berat, namun aku harus bisa melewatinya.
Â
    Dengan perasaan berbunga-bunga, aku mengakhiri pembelajaran di kelas. Seperti biasa mahasiswi tidak mau ketinggalan informasi untuk mengetahui maksud ucapan selamat Pak Mahdin tadi. Mereka memaksaku tuk memberitahukannya. Memang Pak Mahdin tadi menyampaikannya setengah berbisik jadi tidak kedengaran oleh mereka. Aku terpaksa berusaha mengalihkan pertanyaan  dengan memberikan tugas kepada mereka untuk dibahas pada pertemuan selanjutnya. Sengaja tidak kubeberkan dulu informasi ini sebelum pengurusan berkas dan lainnya selesai. Toh berangkatnya juga masih lama, lagian yang pertama harus dengar berita ini adalah Alya istriku tercinta. Karena dorongan semangatnyalah aku bisa seperti ini.
Â