Mohon tunggu...
Lina Lestari
Lina Lestari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Semesta Berbicara

30 November 2017   08:32 Diperbarui: 1 Desember 2017   02:46 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam berbicara dengan caranya sendiri, bersuara dengan gerakannya sendiri, menyampaikan pesan dengan kodratnya sendiri, tanda2 alam adalah tanda2 Tuhan begitu kiranya orang kerap memaknai suatu kejadian, apakah yang terjadi adalah reaksi alam atas apa yang sudah dilakukan oleh manusia, apakah segalanya yang terjadi adalah hasil dari perbuatan manusia yang merusak alam ini. 

Dalam sebuah study (Neurology) mengatakan bahwa manusia adalah komponen mahkluk yang ada di semesta yang terdiri dari kumpulan berbagai macam hormon dan kromosom, jumlah kelamin dalam manusia juga banyak, jumlah kelamin tidak berhubungan dengan orientasi seksual, dan dalam study itu juga dikatakan bahwa tidak ada istilah kerusakan alam atau bencana, semua adalah cara alam menyesuaikan diri, atau berevolusi.

Kejadian demi kejadian yang terjadi adalah cara alam untuk bertahan, agar bumi tetap seimbang dalam berotasi, tetap tegap dan kokoh untuk menjadi tempat tinggal. Berbagai macam study juga sering disampaikan tentang kejadian alam ini. Masing 2 elemen bumi sebut saja angin, air, udara, api dan tanah memiliki cara mekanisme pertahan diri masing2, memiliki cara sendiri dalam pergerakan, 

kelima elemen bumi ini saling berhubungan satu dengan yang lain, mereka bergerak dan bereaksi atas stimulan dari elemen yang lainnya. Sifat masing2 elemen ini juga berbeda namun akan menjadi kesatuan yang kokoh dan indah jika kelima elemen ini bersatu, jika salah satu sedang bereaksi akan diikuti oleh elemen lainnya juga, perhatikan saja jika angin kencang, akan menyebabkan air laut cepat menguap, dan uap akan membentuk awan, lalu menghadirkan hujan yang lebat, kumpulan air ini juga akan mengalir kembali ke laut menyusuri jalannya, atau mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, air dalam kapasitas yang tinggi akan menerjang apasaja yang dilaluinya, agar ia sampai ke laut, jika terkena angin, air akan terkumpul menjadi uap, begitu seterusnya, air akan kembali ke laut asalnya. Semua elemen ini sudah memiliki perannya masing2 dan akan bergerak sesuai dengan kodratnya masing2.

Apakah gerakan elemen tadi bisa disebut bencana, dalam berbagai pandangan mengatakan bahwa tidak bisa reaksi alam ini dikatakan bencana, karena semua ini adalah caranya yang terbaik untuk menjaga kestabilan bumi, lantas manusia yang harus mewaspadai dan siaga untuk menyikapi pergerakan alam ini, semua agar bisa tetap berdampingan dengan mesra bahwa alam adalah tempat untuk hidup di dunia.

Dalam pendapat lain juga tak sedikit pendapat yang kerap menghubungkan reaksi alam dengan ulah manusia yang mendiami sekitaran alam tersebut, ada yang meyampaikan bahwa para leluhur juga kerap memberi isyarat lewat alam, lalu hubunganya disini dimana? Coba diuraikan bahwa budaya kita masih sangat akrab dengan tradisi kepercayaan, ini juga diyakini bahwa disaat akan terjadi petaka atau perang disuatu wilayah tersebut, maka alam akan menyampaikan tanda2nya dengan caranya sendiri, yang di maksud untuk menegur manusia agar tidak menyakiti sesama mahkluk, apakah alam ini juga punya nyawa, atau perasaan, jawabnya IYA, alam memiliki perasaan seperti juga mahkluk lainnya.

Untuk itu ada baiknya jika kita perlu memperhatikan tanda2 alam ini, disinilah cara semesta berbicara kepada kita, banyak pesan yang bisa kita tangkap jika kita peka, biasanya pesan tersebut untuk membawa kedamaian, membawa manfaat bagi manusia yang berakal. Jangan pernah merespon dengan keluhan atau kesedihan jika alam berbicara, namun sambutlah dengan penuh syukur bahwa semua yang alam sampaikan adalah pesan baik, jangan mengumpat saat alam berbicara, namun sebaiknya kita introspeksi diri mungkin selama ini kita tidak peduli dengan sesama mahkluk atau kita terlalu egois dan sibuk untuk diri sendiri. 

Saat alam berbicara kita jangan menangisi reaksinya yang seolah alam yang menghadirkan kesedihan itu, namun baiknya kita tersenyum alam masih sayang dan peduli dengan kita, saat alam berbicara, kita jangan lantas mengatakan itu alam sedang marah atau murka, padahal justru ia sedang menyiapkan berkah untuk semuanya, mestinya kita ucap syukur dan menyambutnya dengan doa, meski reaksinya sangat kuat, kita baiknya memberi kesempatan ia bereaksi dan kita jangan menghadangnya, berikan ia jalan dan kita menyisih dulu ke tempat lain.

Semoga semua mahkluk bahagia, itulah yang diharapkan, semoga semua tangis akan membawa kebahagiaan diakhirnya, tidak ada yang abadi semua akan berlalu dan menjadi kabar baik dikeesokan harinya.

Pinggiran Pantura Jateng, 8:00 WIB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun