Di dalam gereja, kita akan melihat adanya 19 kaca patri, tiga di belakang altar dan delapan di sepanjang semua sisi bangunan gereja. Kaca patri ini desainnya bermaterial mozaik seperti umumnya pada gereja lain. Bangunan yang  terletak di Jl. Ronggowarsito 9 - 11, Semarang itu merupakan peninggalan kolonial Hindia Belanda sehingga tak aneh bila kita melihat desain dari bangunan ini masih berbentuk jaman kolonial.
Furniture yang terdapat di dalam gereja ini memiliki gaya gothic yaitu gaya yang muncul pada abad pertengahan (peralihan dari jaman Romanesque ke Renaissance). Gaya gothic pada furniture gereja ini bukan hal yang aneh karena hampir seluruh gereja katedral juga tentu akan menggunakan furniture seperti demikian.Â
Menariknya, furniture bergaya gothic yang ada di Gereja St.Yusuf semarang ini konon merupakan peninggalan yang sudah ada sejak awal pembangunan gereja atau saat masih jaman kolonial belanda. Dinding pada semua sisi gereja ini berwarna putih tulang, lantainya bermaterial granit, sedangkan plafon menggunakan bentukan cross ribbed vault yang menunjukkan kerangka plafon.
Elemen dekoratif di dalam gereja ini berupa kolom, lukisan triforium dan relief jalan salib. Tidak ketinggalan, interiornya juga dipenuhi dengan ornamen. "Ornamen yang  digunakan adalah ornamen bunga, bentukan ornamen diadopsi dari jendela gaya Gothicumumnya dan tekstur glossy berwarna  cokelat." (Setiabudi, Leonardo.2013. JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, halaman 4). Semua ornamen tersebut menambah suasana kolonial saat berkunjung ke gereja St.Yusuf Semarang.
Walaupun usia dari bangunan ini hampir 145 tahun, namun keindahan interior gereja ini tetap dirawat dan sangat mengagumkan. Jika tak ada pandemi, kegiatan pada gereja ini masih aktif untuk pelayanan umat nasrani setiap harinya.
3. Toko "Oen" Semarang
Siapa sih yang tidak tahu Toko "Oen" di Semarang? Toko "Oen" adalah salah satu restoran legendaris di kota Semarang. Bangunan ini didirikan sejak tahun 1935.Â
Meski umur dari bangunan ini sudah tua, namun interior pada bangunan ini masih terlihat estetik dengan mempertahankan gaya kolonial. Mulai dari furniture yang didominasi dengan material kayu solid hingga ornamen-ornamen yang detailnya menunjukkan ciri khas gaya klasik kolonial.Â
Resto ini sangat mempertahankan desain kolonial agar suasana dalam ruangan tetap terasa seperti bangunan di Eropa. Nunoorange dalam blog dapoernjonja (Juni,2015) yang ditulisnya mengatakan lantai yang ada di toko oen memang telah direnovasi menggunakan keramik, namun beberapa lainnya masih menggunakan lantai tegel marmer.
Sedangkan jika dilihat, plafon resto ini didesain bentuk geometrik yang menarik dengan material gipsum untuk menjadi eye catching. Meskipun desain bangunan hingga perabotnya sudah berusia puluhan tahun, tetapi bangunan ini masih tampak kokoh dan nyaman bagi pengunjung untuk menikmati hidangan yang disediakan. Suasana kolonial masih sangat kental terasa dalam interior restoran ini.