Mohon tunggu...
Lina Achien
Lina Achien Mohon Tunggu... Dokter - berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat

berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Semua Laki-laki

2 Maret 2019   08:51 Diperbarui: 2 Maret 2019   15:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya membaca sebuah meme di facebook yang diposting oleh seorang teman fb.  Ada sebuah gambar wanita sedang merawat anak yang sakit, kemudian gambar wanita itu merawat suaminya yang sakit dan terakhir memperlihatkan wanita tersebut sakit sendirian tak ada yang merawat. Tertulis: suami sakit istri yang merawat, anak sakit istri yang merawat, istri sakit rawat diri sendiri.

Membaca meme ini, saya jadi merasa sungguh malang jadi istri. Semua dibebankan kepada istri. Namun sebaliknya saya juga merasa kasihan pada suami. Begitu jeleknya penilaian orang terhadap suami. Terkesan laki-laki itu identik dengan sifat yang egois, mau menang sendiri. 

Namanya juga meme, membuat sesuatu dengan sangat berlebihan, lebay. Mungkin yang membuatnya punya pengalaman sendiri atau melihat dari orang-orang sekitarnya sehingga muncul kesimpulan seperti itu. Ingat, seperti judul lagu zaman dulu yang dinyanyikan oleh Basofi Sudirman gubernur Jawa Timur  kala itu yang sebelumnya juga pernah menjabat wagub DKI, "Tidak Semua Laki-laki"

Ya, tidak semua laki-laki. Masih banyak para lelaki/ suami yang sangat telaten merawat istrinya di kala sakit, yang sangat perhatian saat anaknya sakit, yang sangat santun menjaga orangtuanya yang sakit. Banyak. 

Saya ingat salah satu pasien seorang yang rutin kontrol ke RS tiap bulan. Pasien ini selalu didampingi oleh suaminya. Awal ketemu saya, dikonsulkan dari dokter psikiater karena ada masalah kelainan di bidang penyakit dalam. Pasien ini selalu menunduk dan tidak berani melihat ke lawan bicaranya. Tertulis di rekam medisnya diagnosis shcizofrenia (bahasa awamnya adalah gila). Saya kaget juga, yang tampak saat itu tidak ada tanda schizofrennya hanya dia belum percaya diri. Pasien ini masih mau diajak komunikasi tapi dia tak berani melihat lawan bicara. 

Suaminya terlihat sangat santun, perhatian terhadap istrinya. Setelah pasiennya ke luar ruangan, saya saya katakan kepada suster  bahwa saya salut sama suami pasien tersebut. Ternyata jawaban suster membuat saya lebih salut lagi. Suster tahu banyak tentang pasien karena dia sering juga bertugas di poli dokter psikiater yang menangani. 

Awal si pasien berobat ke psikiater kondisinya benar-benar membuat orang terenyuh. Bicara ngawur, kadang menangis kadang tertawa sendiri. Semua itu terjadi setelah anak gadisnya meninggal karena kecelakaan. Tidak jarang dia marah-marah ke suaminya di depan orang banyak. Suami dengan lembut dan sabar selalu berusaha menenangkan istrinya. Tiap bulan suami tetap mengajak dan menemani istrinya kontrol ke RS. Perhatian tulus dari suami, rutin menemani istrinya berobat membuat kondisi istri makin mrmbaik. 

Ada lagi pasien lain. Seorang wanita dengan kanker payudara stadium 4. Saking takutnya dia berobat ke RS, dia bertahan di rumah dalam kondisi yang menggenaskan Payudara membusuk dan baunya minta ampun. Tak ada orang yang bisa bertahan sebentar saja di rumahnya. Sang suami dengan telaten selalu membersihkan luka infeksinya sambil dengan lembut berupaya membujuk si istri. Akhirnya si istri mau dirawat dan selama perawatan boleh dikatakan suami selalu berada di samping sang istri. Bagaimana sikap suami yang sangat perhatian merawat istrinya menjadi buah bibir para suster. 

Masih banyak lagi contoh sikap suami yang tidak sesuai dengan meme yang saya baca pagi ini. Ya, tidak semua laki-laki

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun