Mohon tunggu...
LINA MUSA
LINA MUSA Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Sekolah Dasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengawas Sekolah Dasar, Instruktur Nasional Kurikulum 2013, Fasilitator Daerah MGPBE, Fasilitator Kependidikan, Fasilitator SPMI Lahir di Paguyaman 12 Juni 1965, Pendidikan S1

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tumbilotohe Lo Hulondalo

30 April 2022   17:16 Diperbarui: 30 April 2022   17:17 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Sabtu 30-04-2022  adalah malam terakhir Tumbilotohe (malam pasang lampu) di Gororntalo pada tahun 2022/1443 H. Tradisi ini konon sudah berlangsung sejak abad ke-15 M. Di mana tumbilo tohe ini digunakan sebagai penerangan jalan yang akan dilalui ke masjid.

Pada masa itu lampu penerangan masih terbuat dari wamuta atau seludang yang dihaluskan dan diruncingkan, kemudian dibakar. Alat penerangan ini di sebut wango-wango.

Tahun-tahun berikutnya, alat penerangan mulai menggunakan tohetutu atau damar yaitu semacam getah padat yang akan menyala cukup lama ketika dibakar.

Berkembang lagi dengan memakai lampu yang menggunakan sumbu dari kapas dan minyak kelapa, dengan menggunakan wadah seperti kima, sejenis kerang, dan pepaya yang dipotong dua, dan disebut padamala.

Dengan perkembangan zaman, maka bahan lampu buat penerangan di ganti minyak tanah hingga sekarang ini. Bahkan untuk lebih menyemarakkan tradisi ini sering ditambahkan dengan ribuan lampu listrik.

Tumbilotohe, pateya tohe mohile jakati bubohe lo popatiiâ kalimat pantun ini sering dilantunkan oleh anak-anak pada saat tradisi pemasangan lampu dimulai.

Gemerlap lentera tradisi tumbilotohe digantung pada kerangka-kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning atau dikenal dengan nama Alikusu (hiasan yang terbuat dari daun kelapa muda). Di atas kerangka di gantung sejumlah pisang sebagai lambang kesejahteraan dan tebu sebagai lambang keramahan dan kemuliaan hati menyambut Hari Raya Idul Fitri. Pada saat saya lecil dulu, saya sering berebutan tebu dengan teman-teman sepermainan.

Sebagai warga Gorontalo saya bangga dengan tradisi Tumbilotohe ini karena merupakan salah satu kekayaan budaya di Gorontalo yang pantas dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun