Mohon tunggu...
Lina Wati
Lina Wati Mohon Tunggu... Lainnya - S1 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Volatilitas Kurs Rupiah di Tengah Kondisi Ketidaknormalan Dunia: BI Perkirakan Rupiah Mencapai Sekitar Rp 15.000/USD di Akhir Tahun

3 April 2020   17:45 Diperbarui: 3 April 2020   18:50 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ibu Sri Mulyani dalam Press Conference pada 1 April 2020 menyatakan, merebaknya covid-19 mulai dari Tiongkok hingga berkembang di luar Tiongkok lebih dari 200 negara terdampak covid-19.

Hal ini mengakibatkan reaksi dari sisi ekonomi terutama dari sisi keuangan sehingga menimbulkan volatilitas gejolak yang luar biasa, hanya dalam 1 bulan yang lalu covid menyebabkan ekonomi 2020 yang awal diperkirakan tumbuh diatas 3% akan masuk ke resesi atau dalam hal ini pertumbuhannya negatif.

Seperti JP morgan memprediksi pertumbuhan ekonomi global  yaitu -1,1%, The Economist Intelegence Unit sebesar -2,2% dan IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negatif. Hal ini mengakibatkan kepanikan global yang sangat luar biasa.

Dalam perkembangan perekonomian terkini pada tangal 24 Maret 2020, BI telah menyampaikan bahwa dalam pencegahan gejolak volatilitas ekonomi terutama gejolak volatilitas kurs rupiah yang tinggi.

BI menempuh langkah langkah kebijakan seperti, penurunan tingkat suku bunga sebesar 4,5%, stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple intervention, serta injeksi likuiditas dalam jumlah yang besar baik rupiah maupun valas di pasar domestik serta luar negeri. BI juga telah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder mencapai Rp 168,2 Trilliun (ytd).

Dengan beberapa kebijakan yang telah dilakukan BI, serta respon masyarakat dan pelaku usaha, bapak Perry Warjiyo menyampaikan dalam perkembangan ekonomi  pada tanggal 26 Maret 2020 nilai tukar bergerak stabil bahkan menguat di sekitar Rp 16.250.

Rupiah kembali bergerak dalam mekanisme pasar yang baik, meskipun di tengah tekanan global yang tinggi, hingga pada tanggal 31 April 2020, rupiah di perdagangkan sekitar 16.350/USD.

BI juga mengimbau kepada investor luar negeri maupun korporasi jika memang mereka membutuhkan dollar dilihat dulu kebutuhannya segera atau tidak, tidak semua transaksi melalui spot tepat. Jika kebutuhan masih 2bln atau 3bln lakukan hedging (lindung nilai) menggunaan DNDF, sehingga aktivitas tetap terjaga dan resiko niai tukar juga terjaga. BI juga telah merelaksasi ketentuan underlyingnya.

Pelemahan nilai tukar dan capital outflow terjadi karena kepanikan global, dan karenanya BI melakukan stabilisasi melalui triple intervention, sehingga pasar yang 1 minggu panik sekarang supply dan demand membaik bahkan tumbuh.

BI terus memperkuat intensitas triple intervention, sampai dengan 31 April 2020 telah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder sebesar 172,5 trilliun (ytd). Sebesar Rp 166,2 Trilliun dilakukan melalui pembelian dari pasar sekunder yang dilepas oleh investor asing.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan dalam perkembangan ekonomi terkini pada tanggal 2 April 2020 bahwa nilai rupiah saat ini sangat memadai dan cenderung menguat bahkan di akhir tahun 2020 mencapai sekitar Rp15.000/USD.

Terkait penyampain pers konferes mengenai stimulus ekonomi yang disampaikan Ibu Sri Mulyani, BI menegaskan bahwa angka makro itu what if scenario bukan angka proyeksi. Di mana what if scenario ini disusun agar hal hal seperti memperburuknya dampak covid-19 dapat dicegah dan diantisipasi melalui upaya bersama dengan pemerintah, OJK dan LPS.

Pertumbuhan ekonomi di upayakan tidak akan lebih rendah dari 2,3% PDB dengan langkah langah stimulus fiskal dan stabilitas sektor keuangan serta stabilisasi nilai tukar rupiah.

Volatilitas What if scenario Rp 17.500 dalam scenario berat dan Rp 20.000 di what if scenario sangat berat (ini merupakan what if scenario bukan angka proyeksi). BI meyakini bahwa nilai rupiah saat ini memadai dan koordinasi yang kuat dengan pemerintah, maka nilai rupiah akan cenderung menguat hingga mencapai Rp 15.000/USD di akhir tahun.

Yang melatar belakangi whati if scenario, bahwa minggu lalu telah terjadi pergerakan masyarakat ke Jawa Jengah, Jawa Timur, bahkan ke berbagai daerah di luar Jakarta, jika what if scenario ini terjadi, maka penyebaran covid akan meluas tidak hanya di Jakarta tetapi di daerah luar Jakarta. Jika tidak melakukan langkah langkah bersama.

Oleh karena itu, presiden berdiskusi dengan sejumlah gubernur provinsi mengenai langkah langkah antisipasi. Jika what if Scenario tadi terus meluas dan tidak ada langkah bersama maka akan semakin memburuk, covid akan menyebar dan kematian semakin banyak.

Dalam konteks seperti ini, maka diperlukan langkah langkah dibidang kesehatan. Perlu adanya tambahan anggaran untuk pemulihan ekonomi termasuk UMKM.

What if scenario ini menimbulkan defisit fiskal lebih dari 3% untuk mencegah tidak hanya penyebaran wabah tetapi juga stabilitas ekonomi. Sehingga what if scenario bisa di cegah dan dapat diantisipasi baik dari aspek kesehatan maupun ekonomi. Sehingga, pertumbuhan ekonomi tidak jatuh dibawah 2,3% dengan langkah langkah stimulus fiskal yang telah di putuskan.

Diharapkan pertumbuhan ekonomi  minimal 2,3% dan bisa diatas 2,3%. Oleh karena itu, tambahan stimulus fiskal diperlukan baik tambahan anggaran kesehatan, jaminan sosial dan pemulihan ekonomi sebesar 405,1 Trilliun atau defisitnya 5,07% dari PDB dan menteri keuangan menyampaikan hal ini merupakan langkah langkah yang di perlukan dalam mengatasi Covid-19.

Menteri keuangan telah berkomitmen untuk bisa menurunkan defisit di tahun depan, sehingga pada tahun 2023 tidak lebih dari 3%.

BI juga memastikan agar stabilitas nilai tukar selama ini akan terus berlangsung. Stabilitas nilai tukar saat ini relatif memadai dengan langkah langkah BI serta pemerintah stabilitas nilai tukar akan terus berlangung bahkan akan bergerak menguat mencapai 15.000 di akhir tahun.

Sehingga kerjasama antara korporasi dari kita bersma, pelaku pasar, dunia keuangan serta eksportir untuk sama sama menjaga stabilitas ini agar terus membaik.

Komukasi BI dengan investor global mencerminkan confidence investor global terhadap Indonesia cukup kuat bahwa berbagai komitmen dilakukan dan prospek ekonomi kedepan cukup baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun