Terkait penyampain pers konferes mengenai stimulus ekonomi yang disampaikan Ibu Sri Mulyani, BI menegaskan bahwa angka makro itu what if scenario bukan angka proyeksi. Di mana what if scenario ini disusun agar hal hal seperti memperburuknya dampak covid-19 dapat dicegah dan diantisipasi melalui upaya bersama dengan pemerintah, OJK dan LPS.
Pertumbuhan ekonomi di upayakan tidak akan lebih rendah dari 2,3% PDB dengan langkah langah stimulus fiskal dan stabilitas sektor keuangan serta stabilisasi nilai tukar rupiah.
Volatilitas What if scenario Rp 17.500 dalam scenario berat dan Rp 20.000 di what if scenario sangat berat (ini merupakan what if scenario bukan angka proyeksi). BI meyakini bahwa nilai rupiah saat ini memadai dan koordinasi yang kuat dengan pemerintah, maka nilai rupiah akan cenderung menguat hingga mencapai Rp 15.000/USD di akhir tahun.
Yang melatar belakangi whati if scenario, bahwa minggu lalu telah terjadi pergerakan masyarakat ke Jawa Jengah, Jawa Timur, bahkan ke berbagai daerah di luar Jakarta, jika what if scenario ini terjadi, maka penyebaran covid akan meluas tidak hanya di Jakarta tetapi di daerah luar Jakarta. Jika tidak melakukan langkah langkah bersama.
Oleh karena itu, presiden berdiskusi dengan sejumlah gubernur provinsi mengenai langkah langkah antisipasi. Jika what if Scenario tadi terus meluas dan tidak ada langkah bersama maka akan semakin memburuk, covid akan menyebar dan kematian semakin banyak.
Dalam konteks seperti ini, maka diperlukan langkah langkah dibidang kesehatan. Perlu adanya tambahan anggaran untuk pemulihan ekonomi termasuk UMKM.
What if scenario ini menimbulkan defisit fiskal lebih dari 3% untuk mencegah tidak hanya penyebaran wabah tetapi juga stabilitas ekonomi. Sehingga what if scenario bisa di cegah dan dapat diantisipasi baik dari aspek kesehatan maupun ekonomi. Sehingga, pertumbuhan ekonomi tidak jatuh dibawah 2,3% dengan langkah langkah stimulus fiskal yang telah di putuskan.
Diharapkan pertumbuhan ekonomi  minimal 2,3% dan bisa diatas 2,3%. Oleh karena itu, tambahan stimulus fiskal diperlukan baik tambahan anggaran kesehatan, jaminan sosial dan pemulihan ekonomi sebesar 405,1 Trilliun atau defisitnya 5,07% dari PDB dan menteri keuangan menyampaikan hal ini merupakan langkah langkah yang di perlukan dalam mengatasi Covid-19.
Menteri keuangan telah berkomitmen untuk bisa menurunkan defisit di tahun depan, sehingga pada tahun 2023 tidak lebih dari 3%.
BI juga memastikan agar stabilitas nilai tukar selama ini akan terus berlangsung. Stabilitas nilai tukar saat ini relatif memadai dengan langkah langkah BI serta pemerintah stabilitas nilai tukar akan terus berlangung bahkan akan bergerak menguat mencapai 15.000 di akhir tahun.
Sehingga kerjasama antara korporasi dari kita bersma, pelaku pasar, dunia keuangan serta eksportir untuk sama sama menjaga stabilitas ini agar terus membaik.