Mohon tunggu...
Lin Halimah
Lin Halimah Mohon Tunggu... lainnya -

Kecantikan tak berarti tanpa kesantunan budi pekerti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Unesco: Wayang Kulit Kamboja Masterpiece!

28 September 2014   05:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:14 2581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_362158" align="aligncenter" width="578" caption="Sbek Thom, Wayang Kulit ala Kerajaan Kamboja"][/caption] Sumber gambar di sini

Sebagai warga Kamboja tentu saja saya membanggakan Candi Angkor Wat warisan budaya bangsa Khmer (Kerajaan Kamboja) yang mengalahkan Candi Borobudur milik bangsa Indonesia sebagai salah satu ikon tujuh keajaiban dunia, tapi sebaliknya wayang kulit milik Kerajaan Kamboja. Wayang kulit ala Kamboja yang terkenal dengan sebutan Sbek Thom itu diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005.

Seni pewayangan di Kamboja dikenal sebagai Lakhaon Nang Sbek yang terdiri dari dua jenis pertunjukan utama yaitu meliputi Sbek Thom, yang menampilkan lakon Rama (Reamker), yang lainnya adalah Sbek Toch menggunakan boneka kecil dan berbagai cerita. Pertunjukan genre lainnya yang disebut Sbek Por yang menggunakan wayang kulit berwarna. Wayang tersebut berkaitan erat dengan dan juga menyerupai wayang dari Thailand, Semenanjung Melayu dan Indonesia.

[caption id="attachment_362160" align="aligncenter" width="493" caption="Peralatan dan Gamelan Sbek Thom"]

1411830751136739507
1411830751136739507
[/caption] Sumber Gambar di Sini

Sbek Thom adalah pertunjukan seni pewayangan bangsa Khmer yang melibatkan penari, wayang, layar dan narator. Pertunjukan ini melibatkan sekitar sepuluh penari yang menari di depan dan di belakang layar. Layar tingginya sekitar dua hingga tiga meter dengan panjang sekitar sepuluh meter. Penari itu menari sambil membawakan wayang dalam sebuah episode cerita yang disampaikan oleh narator serta diiringi oleh musik tradisional (gamelan) oleh delapan anggota orkestra. Sbek Thom dipertontonkan pada malam hari di tempat terbuka, biasanya di samping pagoda atau di samping persawahan. Sebuah layar putih besar dibentangkan diantara dua bambu yang tinggi di depan api unggun (atau sekarang bisa melalui proyektor). Bayangan dari wayang itu diproyeksikan ke layar besar itu dan para penari menghidupkan tokoh wayang dengan cara melangkah dan menari dengan irama tepat untuk menghasilkan gerakan-gerakan wayang yang sesuai cerita.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Pertunjukan Sbek Thom di Jepang"]

Pertunjukan Sbek Thom
Pertunjukan Sbek Thom
[/caption] Sumber Gambar di Sini

Menurut Riyanti (2011) wayang ala Kamboja ini tidak seperti wayang Indonesia, Sbek Thom berukuran lebih besar, pipih dan kaku bahkan tidak dapat digerakkan. Ukurannya termasuk yang terbesar di dunia (sekitar 1,8 x 1,2 m), dengan sekitar 150 panel wayang dalam satu set-nya. Desain busana yang digambarkan pada Sbek Thom mencerminkan busana kalangan kerajaan bangsa Khmer dan keindahan serta keanggunannya menyerupai tokoh-tokoh pada relief di Candi Angkor Wat. Wayang ini terbuat dari selembar kulit sapi dan pembuatannya melalui upacara khusus. Khusus untuk tokoh Dewa Wisnu atau Syiwa harus dibuat dari kulit sapi yang kematiannya pun harus secara natural atau karena kecelakaan. Pembuatannya pun harus diselesaikan dalam waktu pada hari itu juga melalui sebuah ritual. Kulit direndam dalam larutan yang dibuat dari kulit kandaol. Kemudian seorang seniman wayang melukis gambar di atas kulit itu, memotongnya sesuai gambar lalu menambahkan warnanya, sebelum akhirnya mengikatnya pada dua bilah bambu sebagai pegangan wayang saat ditarikan. Dalam satu panel wayang, bisa berisi satu atau lebih tokoh wayang.

[caption id="attachment_362162" align="aligncenter" width="524" caption="Pembuatan Sbek Thom Wayang Kulit Kerajaan Kamboja"]

14118312311003242255
14118312311003242255
[/caption] Sumber Gambar di Sini

Selanjutnya menurut Riyanti, sejak Raja Jayavarman, kerajaan yang ada di Kamboja saat itu, penghuni kerajaan bersumpah setia untuk meyakini Hindu dan percaya bahwa para Dewa menaklukkan setan serta mengakui Dewa Indra sebagai Penguasa Utama. Selaras dengan kepercayaannya itu, – dalam kisah Ramayana, saat tokoh kera berjuang melawan kekuatan jahat (Rahwana) demi membela Raja Rama – , menjadi sangat sesuai dengan sumpah setia dan keyakinan mereka. Hal ini menyebabkan kalangan istana mulai mempertunjukkan episode Ramayana (Reamker) baik menggunakan wayang atau topeng, yang kemudian mengarah ke pertunjukan seni nang sbek dan tari topeng (khol). Pertunjukan ini juga diselenggarakan saat upacara adat kremasi dan acara penting lainnya.

[caption id="attachment_362163" align="aligncenter" width="601" caption="Ukuran Sbek Thom yang terbesar di dunia di antara ukuran wayang yang ada"]

14118313971634727725
14118313971634727725
[/caption] Sumber Gambar di Sini

Seperti halnya tarian-tarian kerajaan dan pertunjukan topeng yang ada di Kerajaan Kamboja, menurut sejarahnya, Sbek Thom ini dikategorikan sebagai pertunjukan sakral yang telah ada sejak jaman Pre-Angkorian sebelum abad-11. Pada umumnya warisan budaya ini hanya dipertontonkan untuk para dewa atau raja, yang dimainkan sebanyak tiga sampai empat kali setahun, seperti pada perayaan Tahun Baru, Perayaan Raja, atau acara penghormatan orang-orang terkenal. Tetapi seiring jatuhnya era Angkor, pertunjukan Sbek Thom semakin menurun dan kemudian berubah perlahan dari kegiatan seremonial menjadi pertunjukan seni walaupun tetap mempertahankan dimensi ritualnya. Bahkan saat sekarang dengan berjalannya waktu warisan ini sering digantikan dengan musik modern, sehingga popularitas Sbek Thom menjadi menurun drastis.

[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Candi Angkor Wat Sumber Cerita dan Pembuatan Sbek Thom"]

Candi Angkor Wat Sumber Cerita dan Pembuatan Sbek Thom
Candi Angkor Wat Sumber Cerita dan Pembuatan Sbek Thom
[/caption] Sumber Gambar di Sini

Dengan demikian gelar masterpiece pada warisan budaya ini tidak lantas membanggakan, pasalnya gelar itu berarti bahwa Sbek Thom harus dilestarikan dan dilindungi karena hampir punah. Berbeda dengan wayang kulit asal Indonesia, negara asal Mas Wahyu suami Lin, walaupun diakui oleh UNESCO terlebih dahulu sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible of Humanity pada 7 November 2003 ternyata lebih berkembang dan digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa atau suku Jawa. Wayang kulit Indonesia.

[caption id="attachment_362164" align="aligncenter" width="562" caption="Wayang Kulit Indonesia: Prabu Rama, Gunungan dan Raden Hanoman (Pakem Ramayana)"]

14118319801130761100
14118319801130761100
[/caption] Sumber Gambar di Sini

UNESCO menganggap bahwa Sbek Thom perlu penanganan serius agar warisan budaya ini bisa bertahan dan digemari oleh masyarakat Kamboja. Untuk itu UNESCO memberikan bantuan keuangan untuk melestarikannya. Bantuan tersebut digunakan untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda seniman yang tertarik untuk memainkan Sbek Thom. Sampai sekarang tercatat hanya tinggal empat grup yang bisa memainkan Sbek Thom di seluruh wilayah Kerajaan Kamboja. Tragis memang. Selain faktor modernisasi, satu faktor penting yang menyebabkan punahnya warisan budaya milik negara yang dikenal juga sebagai negara 1,000 pagoda ini adalah pembantaian massal (genocide) oleh rezim Khmer Rouge periode tahun 1970 - 1980. Tak sedikit seniman Sbek Thom yang ikut tewas pada Khmer Rouge ini. Karenanya, tak pelak lagi warisan budaya tersebut menjadi langka. Sedikit sekali yang bisa memainkannya.

Agar warisan budaya wayang kulit Indonesia nasibnya tidak seperti wayang kulit Kerajaan Kamboja, disamping perlu secara rutin menjadikan warisan budaya tersebut sebagai tontonan pertunjukan dalam kesempatan upacara adat (khitanan, pernikahan, ulang tahun dan lain-lain), dan peringatan hari besar nasional, juga perlu mendirikan sekolah-sekolah  seni pewayangan, selain memberikan tempat yang baik untuk hidup bagi seniman pewayangan.

------- Lin Halimah, Phnom Penh, 27 September 2014 1. Ide menulis artikel tentang wayang ini berasal dari Mas Wahyu, suami Lin Halimah 2. Sumber bacaan: a. Sbek Thom, Pertunjukan Wayang Kulit Kamboja. Riyanti. 2011. C | A | M | B | O | D | I | A b. Sbek Thom. 2009. UNESCO. c. Nang Sbek (Shadow Theatre)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun