Terlebih jika beberapa program mahasiswa dapat mengembangkan dan mempermudah sektor ekonomi masyarakat. Seperti kegiatan membantu masyarakat membuat pengairan, pengelolaan pakan ternak, hidroponik, ternak ikan serta hal-hal yang dapat dikembangkan masyarakat setelah peserta KKN meninggalkan lokasi.
KKN Seringkali Menguras Keuangan
Pemerasan seringkali terjadi pada mahasiswa yang melakukan KKN. Sadar atau tidak hal demikian memang kerap terjadi. Gini ya, meskipun tidak sepenuhnya mahasiswa KKN mengalami pemerasan.Â
Setidaknya ini merupakan pengalaman orang-orang yang saya temukan. Meskipun saya sendiri selama KKN tidak terjadi tindak pemerasan karena berada pada lokasi yang tepat.
Baca juga :KKN "Back to Village" Universitas Negeri Malang, Mahasiswa Lebih Kreatif di Masa Pandemi
Begini ceritanya. Pernah teman saya mengikuti kegiatan KKN, awalnya tidak ada kesepakatan perihal sewa tempat tinggal dengan pihak Kepala Desa ataupun rumah yang mereka tempati.Â
Tiba-tiba pada akhir kegiatan dan hari sebelum mereka dijemput Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Mereka dikumpulkan oleh pemilik rumah untuk membayar jumlah biaya selama mereka menginap.
Mengapa harus membayar? Karena tidak ada yang namanya gratis selama mereka tinggal dan menggunakan fasilitas.
Padahal selama menginap mahasiswa mengisi sendiri listrik, beli sendiri gas untuk masak. Meskipun semua peralatan tersebut memanglah barang pinjaman. Biaya yang dimintapun tergolong cukup besar. Bisa mencapai 2jutaan selama mereka tinggal 35 hari dilokasi tersebut.
Terkadang beberapa Kepala Desa sengaja membiarkan peserta KKN tanpa penginapan. Bahkan menyuruh mereka untuk menyewa tempat tinggal, karena Kades tidak ingin rumahnya bising dan banyak orang.Â
Ya mau tidak mau harus membayar sewa yang bisa mencapai 4jutaan untuk hanya 1 bulan menempati. Apalagi lokasi teman KKN merupakan wilayah perdagangan dan perusahaan. Ini kasus teman saya yang KKN di wilayah tempat perusahaan penambangan.