Mohon tunggu...
Lim Hendra
Lim Hendra Mohon Tunggu... Guru - Dosen, Pelatih dan Pembicara

Sedang belajar untuk menjadi lebih baik setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berdana yang Sesuai dengan Dharma

27 April 2019   09:16 Diperbarui: 2 Mei 2019   16:10 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat merayakan 60 tahun Sangha Agung Indonesia

"Para bhikkhu, ada delapan pemberian orang baik ini. Apakah delapan ini

  • yang murni;  
  • yang baik;
  • yang tepat waktu;
  • yang diperbolehkan;
  • setelah menyelidiki;
  • sering memberi;
  • mengokohkan pikirannya dalam keyakinan;
  • setelah memberi, ia bergembira.

 AN 8.37, Sappurisadna (1)

Sangha adalah ladang yang subur untuk menanam jasa.  Umat perumahtangga didorong untuk memberikan persembahan yang terbaik kepada anggota sangha. Ada empat kebutuhan pokok sangha yaitu tempa tinggal, pakaian, obat-obatan dan makanan. Saat ini ada banyak wihara yang dapat menjadi tempat tinggal bagi anggota sangha. 

Di Indonesia, jumlah wihara lebih banyak daripada jumlah anggota sangha. Anggota sangha juga tidak pernah kekurangan jubah karena umat sering berdana jubah, baik ketika Kathina maupun di kesempatan-kesempatan yang lain. Jaminan kesehatan bagi anggota sangha juga tersedia dengan baik. Bila ada yang sakit, mereka dengan cepat mendapatkan perhatian  dan perawatan dari para perumahtangga. 

Dari empat kebutuhan ini, yang dapat sering didanakan dan dilakukan secara rutin adalah makanan. Ini berarti bahwa ketika setiap kali ada perumahtangga yang memberikan dana makanan vegetarian, dia memberikan dana yang baik/murni karena sesuai dengan Dharma.

Berdasarkan uraian tentang pemberian orang baik dalam Sappurisadna (AN 8.37), pemberian yang murni merupakan unsur yang terpenting. Apakah Anda setuju bahwa pemberikan yang murni dapat dikategorkan sebagai pemberian yang bebas dari pelanggaran sila? 

Bila seseorang memberikan dana yang didapat dari mencuri, merampok, berbohong (korupsi), menerima suap dan pelanggaran-pelanggaran sila lainnya, maka itu termasuk kategori pemberian yang tidak murni. Kemudian, apakah memberikan dana makanan non-vegetarian termasuk pemberian yang tidak murni?

Ketika seorang anggota sangha menerima dana dari umat, dia tidak tahu apakah dana tersebut didapat dari pelanggaran sila (mencuri dan korupsi/menerima suap --pelanggaran sila ke-2 dan ke-4). Bila dana tersebut diterima melalui orang lain (dititipkan), juga sulit untuk mengetahui apakah harta dan kekayaan yang dimiliki oleh pemberi dana  tersebut bebas dari lima jenis perdagangan yang telah Buddha sarankan untuk dihindari. 

Mungkin saja si pemberi ingin mengurangi akibat karma negatif dari berbagai cara buruk yang dia telah lakukan dalam mengumpulkan semua hartanya sehingga dia menyumbangkan sedikit harta yang dia miliki untuk "menanam jasa di ladang yang subur"

Namum, ketika dana makanan yang mengandung daging dipersembahkan, harusnya langsung diketahui dan disadari bahwa daging yang ada di makanan tersebut didapatkan dari pelanggaran sila pertama yaitu pembunuhan. 

Makanan mengandung daging yang dipersembahkan adalah dana yang tidak murni karena melibatkan suatu peristiwa pembunuhan langsung dalam proses terhidangnya makanan itu. Bila seekor ayam tidak dibunuh untuk diambil dagingnya, lalu darimana sepotong ayam bakar dada dapat dinikmati?

Di masa sekarang, tradisi mengundang anggota sangha untuk makan siang masih sering dilakukan di Indonesia. Undangan tersebut tersebut kadang dilakukan di rumah-rumah makan yang menyediakan makanan yang mengandung daging. 

Apalagi bila seorang perumahtangga mengundang anggota sangha untuk makan siang di restoran dan mempersembahkan makanan yang mengandung daging yang dimasak di restoran tersebut, dapat disimpulkan bahwa daging-daging yang tersedia di restoran tersebut adalah daging yang dipesan secara khusus oleh pihak restoran untuk memuaskan selera pelanggannya.  Darimana  asal daging-daging itu?  

Daging itu dengan mudah diketahui berasal dari pembunuhan langsung karena pasti berasal dari hewan yang dengan sengaja dibunuh untuk diambil dagingnya.  Dana makanan yang mengandung daging dapat dengan mudah dan cepat dikelompokkan sebagai dana yang tidak murni

Dana makanan yang mengandung daging merupakan jenis dana yang tercemar dengan kesalahan.

Mingun Sayadaw (2) memberikan uraian tentang dua jenis dana:

2 jenis dana; yang tercemar dengan kesalahan, dan dana yang tidak tercemar kesalahan. Memberikan makanan dengan daging yang merupakan hasil dari pembunuhan hewan adalah contoh dana yang tercemar dengan kesalahan. Dana ini termasuk kemurahan hati yang disertai dengan ketidakbajikan. Mempersembahkan makanan yang tidak melibatkan pembunuhan adalah dana yang tidak tercemar kesalahan. Dana jenis ini termasuk dana yang disertai kebajikan.

Ajaan Dune Atulo  juga memberikan dorongan kepada anggota sangha untuk berpraktik vegetarian, sekaligus menjelaskan bahwa daging diijinkan selama memenuhi tiga syarat. Dalam pendapatnya mengenai mengomsumsi makanan vegetarian, beliau menyatakan: (3)

"Ketika seorang samana menerima persembahan empat kebutuhan, dia seharusnya merenungkannya terlebih dahulu. Jika, saat merenungkan, ia memahami bahwa makan daging adalah salah satu bentuk penindasan dan tidak menunjukkan welas asih kepada hewan, ia tidak boleh makan daging itu dan seharusnya makan makanan vegetarian."

Vegetarian cocok dengan ajaran Buddha karena dana makanan vegetarian merupakan pemberian yang baik, murni, dan bebas dari kesalahan. Ketika seorang perumahtangga memberikan dana makanan vegetarian kepada anggota sangha, dia bebas dari kesalahan melakukan kemurahan-hati yang disertai dengan ketidakbajikan.  Dan sebaliknya, dengan memberikan dana makanan yang mengandung daging, maka ia melakukan praktik kemurahan hati yang disertai dengan ketidakbajikan. 

Dengan berdana makanan vegetarian, tidak ada hewan yang dibunuh untuk diambil dagingnya dalam sepiring makanan yang dipersembahkan kepada para samana yang sedang menjalankan kehidupan suci. Berdana makanan vegetarian kepada anggota sangha adalah praktik dana yang sesuai dengan ajaran Buddha.

220px-ashin-jinarakkhita-5ccab3ed3ba7f76a91737602.jpg
220px-ashin-jinarakkhita-5ccab3ed3ba7f76a91737602.jpg
Tulisan ini didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa yang tak ternilai dari mendiang Maha Biksu Ashin Jinarakkhita, pelopor kebangkitan kembali agama Buddha di Indonesia, pendiri Sangha Agung Indonesia (yang akan memperingati usianya yang ke-60).  

Salah satu nilai mulia dan luhur yang beliau wariskan kepada umat Buddha di Indonesia adalah praktik vegetarian yang masih dipraktikkan oleh murid-murid beliau yang masih hidup hingga hari ini. Semoga warisan luhur dan mulia ini dapat terus dijaga kelestariannya oleh para penerus beliau di Sangha Agung Indonesia. Selamat merayakan hari lahir Sangha Agung Indonesia yang ke-60.

Hendra Lim

Referensi:

1.  legacy.suttacentral.net

2.  myanmarnet.net/nibbana

3. accesstoinsight.org

catatan

Makanan yang mengandung daging temasuk juga dari hasil laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun