Tak jauh dari kolam Opung Samsir, kami melewati sebuah kampung yang jumlah rumah di dalamnya jauh lebih banyak dibanding dengan Sosor Ganda. Sait ni Huta, itulah nama kampung itu. Sait ni Huta ini dikelilingi tembok tanah dan berbagai macam pohon seperti bambu, beringin dan jior serta sena. Aga pintu utama untuk masuk ke dalam kampung, di sisi sebelah kanan kalau kita datang dari arah timur ke barat, ke arah danau.Â
Lanjutkan jalan ke arah danau, jalanan yang agak aneh karena setelah Sait ni Huta sampai kampung Sinaborno, kedua sisi jalan lebih banyak berdinding tanah seolah dulu jalan itu dikorek karena sisi kiri kananya tinggi. Hanya pada bagian tertentu ada areal yang tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan jalan yang pada saat itu belum beraspal, masih tanah saja.
Malam hari menjadi seram sebab di sisi kiri kanan jalan terdapat kuburan-kuburan di perladangan penduduk.Â
Kampung setelah Sait ni Huta adalah Sinaborno; kampung ini sudah tak jauh dari jalan raya utama. Di seberang Sinaborno ada juga sebuah kampung dengan jumlah rumah yang tidak terlalu ramai, berada di ketinggian, sementara Sinabarno berada jauh di bawah kampung seberangnya. Kampung yang aneh karena aku ternyata tidak tahu apa namanya sekarang. Aku jarang masuk ke kampung yang agak terletak di ketinggian itu.Â
Kami akan tiba di jalan raya beraspal. Ada rasa lega. Tak lama lagi akan sampai di sekolah. Berjalan ke arah utara sekitar 100 meter melewati sungai, biasa kami sebut binanga, yang ada jembatan di atasnya, menghubungkan jalan raya dari satu sisi ke sisi yang lain. Tak jauh dari jembatan itu kami melewati kedai si Parlin Simarmata, teman kelasku. Biasanya di kedai si Parlin-lah aku beli pensil dan buku tulis.
Nanti akan ada belokan ke arah barat tak dari samping rumah si Parlin, jalan terus dari situ, melewati beberapa rumah yang tidak berada di dalam kampung sebagaimana lazimnya, lalu sekolah akan nampak begitu aku sudah keluar dari jalan di mana ada dua kampung berhadap-hadapan gerbangnya tak jauh dari danau. Sekolah sudah nampak dan aku akan tiba di sana dalam dua menit, terus aku berjalan ke arah utara.***
...bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H