(Ini sebuah respon yang barusan kutulis setelah membaca karya Mas Pung di Kompasiana ini:Â
 https://www.kompasiana.com/komentar/bimabela.com/63c162d008a8b567fc5c2a02/pembelajaran-reflektif-menyeimbangkan-pengetahuan-dengan-karakter). Ternyata, respon kok sudah segitu panjang, sudah bisa jadi satu tulisan...)
Wah, terima kasih banyak Mas Pung! Kepala sekolah nih yang nulis, jadi, perlu kita baca dengan teliti karena yang nulis adalah pelaku penting dalam dunia pendidikan kita.
 Satu ponakanku tinggal bersamaku, yang juga sudah menjadi Kompasianer pemula di sini, Paulina Sihaloho, pelajar kelas I SMA di Bintang Timur, sebuah sekolah Katolik di Pematang Siantar.
 Tadi pagi aku tanya, "Kalian berdoa setiap hari, termasuk berdoa di pagi hari agar kalian bisa mengikuti mata pelajaran dengan baik?"
 Paulina bilang, iya, setiap pagi mereka berdoa, satu sekolah, guru dengan murid yang jumlahnya sekitar seribu orang itu. Tengah hari mereka berdoa juga.
 Aspek spiritual tentu sangat penting kita rawat dalam dunia pendidikan kita sehingga manusia Indonesia itu menjadi manusia yang juga cerdas secara spiritual.
 Itu mungkin salah satu kelebihan sekolah-sekolah Katolik, khususnya di Indonesia ini. Secara umum, kita bisa perhatikan, pembawaan murid-murid di sekolah-sekolah Katolik itu, kenapa agak beda? Iya kan? Aku mungkin subjektif tetapi aku bisa merasakan ada perbedaan.
 Kurasa itu macam inilah: aku bisa merasakan perbedaan berinteraksi dengan orang yang rajin shalat dan yang kurang atau tidak rajin shalat. Itu beda, energi yang mereka pancarkan, yang tidak pala kasat mata, beda.
 Nah, ada banyak cara untuk mengintegrasikan teori dan praktek dalam kurikulum kita sebenarnya kan.