Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(2). Guruku yang Kribo dan Aku Rindu Budi

13 Januari 2023   22:23 Diperbarui: 13 Januari 2023   22:38 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima Kasih Pak Sinurat, Guruku yang Kribo! 

Sampai sekarang, masih sama wajah yang kuingat, wajah guru kelas I di SD Impress Parbaba, Pak Sinurat. Aku malah nggak tahu nama bapak guru itu. Lagi pula, di kalangan orang Batak, di hampir semua suku, paling tidak yang aku kenal, di kalangan suku Toba dan Simalungun, pantang menyebutkan nama orang dewasa, orang tua, kakek-nenek. Pantang! Jangan sampai. Aku nggak tahu apa sebab mengapa orang Batak mempunyai kebiasaan yang agak aneh macam ini. Inilah akibatnya, tak satupun aku tahu nama depan dari semua guruku di SD Impres Parbaba ini. 

Aku tahu semua marga-marga dari guru-guru sekolah ini ketika aku di sana: Pak Sinurat, Pak Simatupang, Pak Sitanggang, Pak Manihuruk, Bu Simarmata, dan kepala sekolah, Pak Sinurat. Kepala sekolah bukan Pak Sinurat yang guru kelas I ya, orangnya beda. Beda kali. Kalau Pak Sinurat yang guru kelasku itu, orangnya kan tinggi, ramping, rabutnya kribo. Sedangkan bapak kepala sekolah kami, orangnya agak gemuk dan tidak setinggi Pak Sinurat yang guru kelas I. 

Begitulah orang Batak, bisa ada seribu laki-laki bermarga Sinurat dan semua bisa dipanggil dengan sebutan, "Pak Sinurat", tetapi jaranglah terjadi kekeliruan untuk memastikan yang mana Pak Sinurat yang kita cari. Misal, kalau di SD Impress Parbaba waktu itu, jelas, Pak Sinurat yang mana? Yang kepala sekolah atau yang guru kelas I?

Aku tidak masuk TK jadi begitu aku masuk kelas I SD, aku belum mengenal abjab Latin sama sekali. Aku mulai mengenal huruf Latin dari Pak Sinurat yang dengan sabar, jelas dan tegas mengajari kami menulis. 

Aku lebih banyak diam sambil mengikuti apa yang disuruh oleh Pak Sinurat. Pada awal-awal tinggal di Pulau Samosir, aku juga harus mulai dengan cepat menyesuaikan diri belajar bahasa Toba. Aku tiba-tiba berada di lingkungan di mana tak satu manusia pun mengerti bahasa Simalungun dari mana aku berasal. Tak ada mereka yang tahu berbahasa Simalungun. Bagi orang-orang Toba di Pulau Samosir, malah adalah sebuah keanehan dan cenderung menjadi bahan tertawaan kalau mereka mendengar orang berbahasa Simalungun. Itu sebab aku lebih banyak diam karena masih mulai belajar bahasa Toba dengan cara mendengarkan. 

Di kelas, Pak Sinurat mengajar terutama memakai bahasa Toba, hanya sekali-sekali pakai bahasa Indonesia. Aku bisa mengerti bahasa Indonesia, entah dari mana. Sebenarnya, di Urung Panei, dalam kehidupan sehari-hari, masyarakatnya memakai bahasa Simalungun. Secara umum mereka mengerti bahasa Indonesia tetapi tidak terlalu mereka pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan cepat aku bisa berbicara dalam bahasa Toba. Tak ada pilihan karena tak satupun manusia di sini berbicara dalam bahasa Simalungun. Pulang sekolah aku sering ikut menggembalakan kerbau ke arah timur, ke arah matahari terbit. Di padang penggembalaan, ada banyak anak-anak sekolah mulai dari SD sampai SMP yang bertugas menggembalakan kerbau pulang sekolah. Mereka semua tentu saja berbicara dalam bahasa Toba. Jadi aku dengan cepat bisa berbahasa Toba berada di kelompok para gembala kerbau di pulau itu.

Aku berterima kasih kepada Pak Sinurat, guru kelas I yang telah mengajari aku dan semua teman-teman kelasku menulis dan membaca. Kami belajar menulis tegak bersambung. Ini Budi. Ini ibu Budi. Ini bapak Budi. Ini kakak Budi...

Aku jadi rindu sama si Budi, tokoh penting selama aku menjadi murid kelas I SD Impress Parbaba, Pulau Samosir. Budi..Budi...!***  

(bersambung...)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun