Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Antara Ubi Jalar dan Beras

9 Januari 2023   21:13 Diperbarui: 10 Januari 2023   02:10 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ubi Jalar dan Beras

Ubi jalar menurutku menjanjikan sebagai salah satu sumber makanan pokok yang perlu kita makan di samping beras. Harga beras terus naik kan? Perawatan tanaman padi juga semakin sulit. Aku pernah naik kereta api dari Pematang Siantar menuju Medan. 

Di tengah perjalanan, kereta api berhenti di areal persawahan luas selama beberapa menit. Hamparan padi di sawah sedang menghijau. Para petani sedang menyemprotkan areal persawahan mereka dengan berbagai macam obat-obatan untuk menjamin padi bisa berbuah dan bisa panen sampai waktunya tiba. 

Sedih aku lihat pemandangan macam itu. Kala aku kecil, petani tak pernah semprot padi mereka. Bahkan, aku ingat, masa kanak-kanakku, para petani di kampungku malah tak kenal alat semprot. Alat-alat ini baru muncul dekade belakangan ini. Kabar gembira atau kabar buruk? Mungkin dua-duanya? 

Anda perhatikan betapa cepat nasi putih menjadi basi setelah dimasak apalagi kalau Anda masak di dalam rice cooker kemudian Anda cabut sambungan listrik alat itu? Nasi itu cenderung cepat menjadi basi dibandingkan dengan nasi merah yang padinya kami tanam sendiri di lahan pertanian di ladang kami. 

Semakin banyak tanaman padi terpapar berbagai jenis pupuk dan obat-obatan kimia, maka, beras yang kita tanak setelah matang cenderung menjadi cepat basi dibanding dengan beras yang sudah ditanak yang berasal dari lahan pertanian yang sedikit terpapar obat dan pupuk kimia. 

Aku masih ingat rasa nasi dari sawah Opungku di Urung Panei ketika aku belum masuk sekolah dasar. Opungku sama sekali tak pakai pupuk kimia dan tak pakai obat-obatan kimia. Sawahnya alami, berada di dekat sungai yang mengalir dari Gunung Simarjarunjung dan akan berakhir di Danau Toba. 

Di dalam sawah ada berbagai macam jenis ikan dan makanan lainnya. Semua jenis ikan dan mahluk-mahluk kecil dalam sawah ini rasanya sangat enak walau hanya dimasak dengan cabai dan garam. 

Sawah-sawah zaman sekarang kalau sering dipapari obat-obatan dan pupuk kimia, tak mungkin lagi kita mengharapkan ada berbagai macam fauna di dalamnya untuk kita ambil sebagian sebagai salah satu sumber makanan pendukung. Berbagai macam jenis mikroorganisme dalam sawah seperti itu sudah mati. Itu sebab rasa nasi dari sawah macam ini menjadi kurang atau tidak enak, hambar. Beda dengan sawah seperti sawah opungku ketika aku masih kanak-kanak itu. Biodata dan mikroorganisme masih utuh dalam ekosistem sawah, jadi, rasa nasi dari beras yang padinya ditanam di sawah itu enak.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun