[caption id="attachment_229347" align="alignleft" width="200" caption="(Sumber: http://progressiveislam.files.wordpress.com)"][/caption] Ulil AA Membujuk-bujuk Daoed Joesoef Menerima Bakrie Award
Berapa banyak orang-orang yang berpendidikan (formal) tinggi seperti Ulil ini di Indonesia? Tindakannya sangat memalukan! Ulil yang berusia 43 tahun mendatangi rumah Daoed Joesoef (84) mantan menteri pendidikan dan kebudayaan. Tujuan tokoh Jaringan Islam Liberal yang sekarang menjadi mahasiswa tingkat doktoral di Universitas Boston, Amerika ini adalah membujuk-bujuk Daoed Joesoef agar mau menerima Bakrie Award; daoed-jusuf.
Ulil merupakan bagian dari tim Freedom Institute milik Aburizal Bakrie. Lembaga inilah yang menjadi dalang pemberian penghargaan delapan tahun terakhir ini kepada tokoh-tokoh dalam negeri yang mereka anggap berprestasi. Aneh nian kan, Daoed Joesoef sekarang sudah berusia 84 tahun dan pasti sudah mereka kenal sejak delapan tahun yang lalu. Kok baru sekarang mau memberi penghargaan kepada Daoed Joesoef? Ulil yang masih muda itu, baru 43 tahun loh ya, menaruh otak dan nuraninya di mana sih? Ulil menelpon Daoed Joesoef. Dalam percakapan di telpon itu, Daoed Joesoef sudah tegas menolak hadiah berlumpur Lapindo Porong Sidoarjo dari keluarga Bakrie lewat Bakrie Award dengan Freedom Institutenya itu. Kok ya sama tingkah si Ulil ini dengan Aburizal Bakrie? Nggak punya malu! Sudah jelas Daoed Joesoef menolak menerima Bakrie Award lewat perbincangan telpon, eh, si Ulil masih nekad juga mendatangi rumah Daoed Joesoef untuk membujuk-bujuk. "Ulil mengajukan kompromi, saya terima award tapi tolak uangnya. Tapi saya katakan uangnya berlumpur. Saya hargai pendirian Ulil tapi ini namanya Bakrie Award," ujar Daoed Joesoef sebagaimana dikutip oleh detiknews dalam link di atas. Intelektual Tumpul Nurani Ulil hebat bagi mereka yang berpola pikir sama atau mirip; bagi para pendukung ide-ide Islam liberalnya. Cuma, Islam liberal itu bisa sama naifnya dengan Islam fundamental. Yang liberal bisa bertindak sama saja dengan yang fundamental; liberalis adalah bentuk lain dari fundamentalis. Seseorang itu menjadi intelektual murahan ketika menghambakan dirinya kepada uang dan pemilik uang; ketika membiarkan nuraninya tumpul dan ditumpulkan. Dalam konteks ini, Ulil itu menghambakan diri kepada keluarga Bakrie lewat the Freedom Institute-nya itu; rela menjadi budak keluarga Bakrie sampai harus membujuk-bujuk Daoed Joesoef ke rumahnya agar mau terima penghargaan. Kalaupun nggak mau terima uang, paling tidak terima award-nya, begitu bujuk si Ulil. Kalau Ulil benar punya nyali, nalar dan nurani, apalagi setelah bertemu Daoed Joesoef di rumahnya, dia kan sudah segera meninggalkan the Freedom Institute dan keluar dari tim bentukan institute ini sekalipun mungkin sudah tanda tangani kontrak seumur-hidup dengan lembaga milik Aburizal Bakrie itu. Lagi pula, manalah mungkin si Ulil tak tahu kalau Frans Magnis Suseno pun sudah menolak itu pemberian penghargaan dari keluarga Bakrie. Si Ulil yang pernah kuliah filsafat di STF Driyarkara di mana Frans Magnis Suseno ini mengajar seharusnya belum layak lulus dari Driyarkara sebab nuraninya kok tumpul begitu? Tragis! Seorang mahasiswa tingkat doktoral kok bisa nekad mendatangi rumah Daoed Joesoef hanya untuk membujuk-bujuk agar yang tuan rumah mau menerima penghargaan dari keluarga Bakrie. Mental Ulil persis mental pembantu. Nalar seorang calon doktor bisa menguap berhadapan dengan Bakrie dan uangnya? Alamaaak! Kembalilah ke tingkat sarjana (S1) dulu dan perkuat nurani Anda! Apa the Freedom Institute dan keluarga Bakrie telah menjadikan Ulil sedemikian mengenaskannya ya? *** Keluarga Bakrie, tuan bagi Ulil? ; Aburizal Bakrie Tak Punya Malu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H