Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

FPI - HKBP - Parmalim

14 Agustus 2010   01:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sampai dunia mendengarkan teriakan umat HKBP Pondok Timur. Agama ini kan sensitif, dengan mudah bisa mengundang solidaritas seagama di seantero dunia. Nah, apa kata dunia dengan kasus HBKP Pondok Timur? Wah, ini sih sudah jadi berita di luar negeri: umat Kristen hidup tak tenang di negeri sendiri di Indonesia.

Umat HKBP bisa mempertahankan diri di Pondok Indah walau diserang FPI adalah karena mereka mau mempertahankan keyakinan mereka dan juga mereka tahu, mata dunia lambat atau cepat akan tertuju pada mereka. FPI justru membuat umat HKBP menjadi 'bintang'; menjadi tenar di Indonesia dan di mata dunia setidaknya dalam ranah kehidupan beragama dan di ranah hak azasi manusia.

Saya simpati dengan HKBP Pondok Timur yang mengalami kesulitan beribadah di sana; dihalang-halangi oleh FPI yang seolah-olah menjadi lebih berkuasa daripada pemerintah.

Saya kurang simpati terhadap HKBP yang tidak menerima tawaran pemerintah lewat walikota untuk sementara pindah ke Jl Chairil Anwar tetapi saya bisa mengerti perasaan mereka. Bisa saja umat HKBP secara tidak langsung mau bilang: "Nanti kebiasaan! Kalau kami melembek, ke depan kami bisa diperlakukan seenaknya! Kami terpaksa beribadah di rumah salah satu warga kami juga kan karena pemerintah tidak memberikan izin mendirikan gereja di Ciketing ini. Kami kan nggak minta uang sepeser pun dari pemerintah apalagi FPI untuk mendirikan gedung gereja kami; kami pakai uang sendiri kok."

Mayoritas - Minoritas

Ya, secara umum di dunia ini, memang begitulah, yang mayoritas dalam jumlah bisa arogan terhadap yang minoritas.

Umat Kristen bisa bilang bahwa di wilayah yang mayoritas Kristen di Indonesia ini, tidak ada kesulitan bagi kaum Muslim mendirikan mesjid.

Konon, umat Muslim akan menyingkir sendiri dari pemukiman mayoritas Kristen di Indonesia ini karena tak tahan dengan bau ternak seperti babi dan hewan peliharaan seperti anjing. Umat Muslim tak tahan dengan bau ternak itu dan juga tak tahan dengan kebiasaan warga yang Kristen kalau sedang memotong dan membakar/memasak daging babi. Kalau mereka bakar daging babi, baunya itu terbawa angin dan sangat tidak menyenangkan bagi yang Muslim. Ini terjadi di Aceh dan Tapanuli Selatan.

Warga Kristen biasanya ngotot mengatakan bahwa memotong/memasak/membakar babi juga adalah hak mereka. Yang begini-begini, lama-kelamaan, bisa juga menimbulkan antipati warga sekitar yang non-Kristen. Jangan dikira yang menjadi persoalan hanya soal adanya izin dan tidak adanya izin mendirikan gereja.

Di Medan, sampai sekarang warga Parmalim yang juga sama-sama Bataknya dengan umat HKBP belum bisa mendirikan rumah ibadah mereka di Jl Air Bersih.

Apa yang terjadi di Bekasi seharusnya menjadi salah satu pelajaran berharga bagi umat HKBP dan HKBP secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun