Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Susu Instan Merusak Kesehatan

19 Maret 2010   21:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_97961" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: http://foodcourtlunch.com/?m=200907)"][/caption] Fakta tentang Susu 1. Tidak ada makanan lain yang lebih sulit dicerna daripada susu. 2. Kasein, yang membentuk kira-kira 80% dari protein yang terdapat dalam susu, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung sehingga menjadi sangat sulit dicerna. 3. Komponen susu yang dijual di toko telah dihomogenisasi dan menghasilkan radikal bebas. 4. Susu yang dipasteurisasi tidak mengandung enzim-enzim yang berharga, lemaknya telah teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yang tinggi. 5. Susu yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus. 6. Jika perempuan hamil minum susu, anak-anak mereka cenderung lebih mudah terjangkit dermatitis atopik. 7. Minum susu terlalu banyak sebenarnya menyebabkan osteoporosis. (Sumber: The Miracle of Enzyme, Hiromi Shinya MD, Penerbit Qanita, Januari 2010,  Hlm. 100). Buku yang sedang berada di tangan saya merupakan edisi cetakan XI. Jadi buku ini banyak dibaca di Indonesia. Bagus! Berhenti Sajalah Minum Susu Instan [caption id="attachment_97962" align="alignright" width="263" caption="(Sumber: http://www.andriapriyadi.com/the-miracle-of-enzyme-by-hiromi-shinya/)"][/caption] Istri Hiromi Shinya meninggal pada usia muda. Anak-anak mereka ketika masih kecil minum susu untuk bayi sesuai anjuran dokter di Amerika. Mereka lemas dan sakit-sakitan. Hiromi Shinya, sebagai seorang dokter bedah ketika itu, menghentikan anak-anaknya meminum susu. Hasilnya, kondisi mereka jauh lebih baik. Istri Hiromi bersekolah di sekolah Katolik di Jepang di mana ada menu makan siang dan salah satu menu tetap adalah minum susu. Orang Jepang tak punya tradisi minum susu sapi instan yang telah melalui proses yang kita baca di atas. Salah satu sebab mengapa istri Hiromi sakit (lupus) adalah karena istrinya sejak kecil harus menerima zat asing ke dalam tubuhnya yaitu susu instan. Lama kelamaan daya tahan tubuhnya menurun; ketika daya tahan tubuh menurun, penyakit akan mudah masuk dan menggerogoti tubuh manusia. Mengapa saya berhenti minum susu instan dalam beberapa bulan terakhir ini? Saya meragukan bahwa apa yang saya minum itu benar-benar berguna. Awalnya saya merasa harga susu instan yang banyak di toko dan supermarket itu mahal walau mahal itu relatif. Bagi saya buku berapa pun harganya kalau saya suka, tidak mahal. Kalau susu instan, saya tahu itu mahal terutama karena pembeli harus bayar semua harga yang berkaitan dengan proses pembuatan susu termasuk biaya iklan yang saya perkirakan memang mahal. Saya berhenti minum susu dengan pikiran, lebih baik makan buah-buahan dan sayur-sayuran lokal yang sebisa mungkin tanpa pestisida dan tanpa harga-iklan di berbagai media massa. Jarang atau bahkan hampir tak ada iklan agar orang makan jambu klutuk atau pepaya segar kan? Iklan-iklan yang ada soal makanan dan minuman adalah iklan-iklan makanan dan minuman produk. Mengapa mereka perlu beriklan? Ya untuk memaksa orang secara halus membeli produk-produk mereka yang tidak berguna dan malah merusak itu; membentuk mentalitas tertentu dalam diri yang melihat dan mendengarkan iklan-iklan itu. Sayang seribu sayang, masyarakat pemirsa televisi dan pengguna berbagai macam media massa secara umum, dengan mudah percaya saja apa kata iklan-iklan makanan dan minuman produk itu. Jarang bahkan hampir tidak ada kita temukan sanggahan dari pihak pemerintah maupun para ahli gizi serta para dokter. [caption id="attachment_97963" align="alignleft" width="300" caption="Sama seperti pengalama istri Hiromi Shinya ketika masih sekolah; kita ulangi modus yang sama di Indonesia: meniru Amerika dan menjadi pasar bagi produk susu Amerika juga. (Sumber: http://www.bpkpenabur.or.id/id/node/4682)"][/caption] Membaca buku Hiromi Shinya dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan makanan secara amatir membuat saya sekarang berpikir: "Dokter-dokter di Indonesia ini pada umumnya kok termasuk tolol juga ya? (Maaf bagi yang tidak tolol!) Masa tak ada yang bisa menggambarkan dan menginformasikan kepada masyarakat hal-hal seperti yang Hiromi Shinya gambarkan di awal tulisan itu: Fakta tentang Susu. Para dokter dan ahli kesehatan di Indonesia ini sebenarnya belajar apa saja?" Waktu kecil saya tidak biasa minum susu instan demikian juga saudara-saudari saya. Paling hanya sekali-sekali saja. Kami pernah secara rutin berlangganan susu sapi segar dari kampung tak jauh dari kampung kami. Begitu saya sekolah, saya pun mulai belajar-secara-salah dari lingkungan dan sekolah bahwa susu itu perlu; bagi saya tak ada beda antara susu sapi segar dan susu instan berbagai macam bentuk dan merk yang ada di pasaran. Saya malah lebih suka susu instan karena rasanya lebih enak daripada susu sapi segar itu. Ternyata, tak guna minum susu instan. Kalau susu segar karena masih mengandung enzim yang baik, okelah tapi susu instan yang sudah kehilangan enzim berharga itu dan teroksidasi pula? Jauh lebih baik dan bijak menggantikan biaya pembelian susu instan dengan membeli buah dan sayuran tanpa pestisida yang mungkin bisa lebih mahal daripada sayur dan buah berpestisida. Susu instan kan harganya mahal nian kalau kita bandingkan dengan harga buah dan sayuran bahkan buah dan sayuran organik. Para pemilik produk susu apa selama ini tutup mata dan tidak tahu bahwa susu instan itu tidak berguna ya? Heran! Mengeruk untung dengan menjual produk yang tidak berguna dan teroksidasi benar-benar tindakan kriminal dong ya? Hehe...! ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun