Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Professor (Indonesia) Memalukan?

4 Februari 2010   06:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 7321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_68006" align="alignleft" width="217" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Plagiarism

Thu, 02/04/2010 1:11 PM  |  Opinion

The article "RI as a new middle power?" by Prof. Anak Agung Banyu Perwita, published on this page on Nov. 12, 2009, is very similar to a piece written by Carl Ungerer titled "The *Middle Power' Concept in Australian Foreign Policy", which was published in the Australian Journal of Politics and History: Volume 53, Number 4, 2007, pp.538-551. Both in terms of ideas and in the phrases used, it is very evident this is not the original work of the writer. The Jakarta Post takes claims of plagiarism and the infringement of ideas very seriously. We hereby withdraw the offending article by Anak Agung Banyu Perwita and apologize to our readers, most especially to Mr. Carl Ungerer, for this editorial oversight. - The Editor Sumber:http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/04/plagiarism.html **** Mencoreng Wajah (Dunia Akademis dan Intelektual) Indonesia Saya barusan mengklik tulisan di atas di situs The Jakarta Post. Menyedihkan betul mengetahui ada professor yang bisa mempublikasikan tulisan orang lain menjadi tulisannya sendiri dengan cara seperti yang digambarkan The Jakarta Post di atas. Nampaknya professor ini tidak akan menduga bahwa akan ada orang yang mengetahui perbuatannya? Mengira sebuah tulisan di sebuah jurnal yang masih tergolong baru, 2007, tak akan ketahuan kalau dia tampilkan sebagai tulisan sendiri walau mengganti judul? Kalau professor saja tega dan nekad melakukan tindakan yang tidak terpuji macam itu, bagaimana lagi yang belum professor, dalam hati saya (sekarang saya tuliskan, hehe). Tindakan professor yang satu ini seperti yang The Jakarta Post beritakan ini jelas memalukan bagi Indonesia. Entah apa yang ada di dalam pikiran Carl Ungerer si pemilik tulisan di  Australian Journal of Politics and History Volume 53 yang diplagiat professor Indonesia? Bisa jadi, kalau Carl Ungerer ini lihat professor Indonesia, dia jadi 'trauma' sendiri?  Satu makan cempedak, semua kena getahnya? Penting menjaga dan merawat harga diri individu dan komunitas (bangsa) sekaligus sebab keduanya tak terpisahkan.  Kalau satu dari antara kita berbuat curang dan memalukan, yang lain juga kena akibatnya loh, langsung atau tidak langsung. Sedih saya mengetahui ada professor yang bisa melakukan hal yang memalukan seperti saya baca di The Jakarta Post ini. Semoga tak ada lagi kejadian dan sikap-instan yang rendah macam ini di antara anak-negeri ini.  Guru atau professor jadi contoh yang baik dong! Jangan bikin malu bangsa sendiri! Kalau professor atau orang-orang di dunia akademis tak punya lagi malu, duh, ngeri-kali! *** (Tambahan yang saya peroleh dari Marianne Yeats pada pukul 18:28 wib ini; Silahkan Anda klik dan unduh link ini untuk melihat persamaan tulisan antara kedua professor di atas: http://www.datafilehost.com/download-afce8e79.html Terimakasih untuk Marianne Yeats!)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun