Ps Rantinus Manalu, Pr - Pejuang HAM dari Sibolga [caption id="attachment_39557" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: FACEBOOKERS DUKUNG RANTINUS MANALU)"][/caption] Dalam perjalanan dari Dolog Sanggul ke Pematang Siantar, Yati Simanjuntak masih sempat bertanya tentang Pastor Rantinus Manalu, Pr. Saya tidak mengikuti apa yang terjadi kemarin di Medan seperti yang dilaporkan oleh Kompas di sini:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/17/05211068/polisi.periksa.pastor.sibolga
karena seharian saya belum membaca atau mendengarkan media massa. Perasaan dan raga masih berada di Pandumaan dan Sipituhuta yang dalam beberapa bulan terakhir ini harus berhadapan dengan PT TPL yang merampas Tombak Haminjon (hutan-kemenyan) warga kedua desa itu. Robert Manurung dan Suhunan Situmorang telah membuat: FACEBOOKERS DUKUNG RANTINUS MANALU. Hati mendidih karena marah dan sedih. Negeri apa ini? Justru orang-orang yang membela kepentingan masyarakat miskin dan tertindas ditangkap dan dijadikan tersangka! Pemerintah macam apa yang sedang kita miliki sekarang ini? Pemerintah anggar-anggar dokumen; anggar-anggar apa yang mereka sebut register-register itu. Luar biasa menjengkelkan! Seorang pastor di Sibolga, Rantinus Manalu Pr, yang berjuang dan berpihak pada mereka yang menderita justru dipanggil ke Medan dan menjadi tersangka. Sibolga - Medan itu bukan dekat, belum lagi jalan raya sebagian rusak parah. Pastor Rantinus Manalu Pr mengatakan: " "...Bagi saya kasus ini penuh dengan rekayasa dan upaya kriminalisasi atas diri saya yang selama ini dengan giat melakukan penyadaran pada warga masyrakat agar hak-hak tanah mereka tidak dirampas oleh pihak yang tidak berhak." Bagaimana sikap kita? Benar-benar tidak masuk akal apa yang terjadi pada Pastor Rantinus Manalu Pr. Yang tidak masuk akal seperti ini sudah terlalu banyak terjadi di negeri ini. Jakarta sibuk dan genit mengurusi dirinya sendiri, menularkan kegenitan yang sangat menjengkelkan ke daerah-daerah. Masyarakat tak berdaya menghadapi aparat negara yang datang dengan seragam, senapan, dokumen atas nama negara. Padahal, masyarakat telah jauh lebih dulu ada daripada negara ini sendiri. Jangan diam saja saudara-saudari! Don't be silent or you will be next! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H