Ia masuk dalam argumen Robert Putnam, Bowling Alone, 2000:
"Political Knowledge and interest in public affairs are critical preconditions for more active forms of involvement. If you don`t know the rules of the game and the players and don`t care about the outcome, you`re unlikely to try playing yourself."
Nah, pengasuh media yang memilih platform UCG harus senantiasa memelihara denyut partisipasi dan tak lelah menemukan partisipan yang potensial. Sebaliknya, partisipan yang aktif sewajarnya mendapat pengakuan untuk memelihara kepercayaan mereka.
Orang-orang New Media sering bicara tentang sharism and social capital. Dua istilah yang memunggungi mantra industri media modern yang melulu bicara soal berita sebagai komoditas dan mesin keuntungan. Dalam bingkai sharism inilah kita melihat gairah partisipasi yang menghidup-hidupi komunitas seperti Kompasiana.
Untuk berpartisipasi aktif, akses Internet menjadi syarat mutlak. Netizen yang dicatat memiliki peluang besar menunjukan partisipasi politik, sosial dan ekonomi berbasis Internet adalah mereka yang masuk kategori "highly wired" atau "always online", mengakses Internet dengan mudah, kapan pun ia mau. Di sisi lain, tentu ada masyarakat yang masih terperangkap dalam kategori "truly offline". Inilah wajah sebagian besar saudara-saudara kita yang untuk berjuang dalam pemenuhan kebutuhan dasar pun masih megap-megap dan sering menjadi topik diskusi orang-orang yang online, seperti kita.
Setelah persoalan akses beres, ada soal yang lebih krusial yang disebut "a number of literacy"
Mark Warschauer (2003) menyebut "melek informasi dan media" sebagai tuntutan untuk bisa terlibat dalam interaksi sosial berbasis Internet. Ini mencakup keterampilan cara mencari, menilai dan memanfaatkan informasi, serta pemahaman tentang sifat-sifat media yang berubah, hingga seorang netizen tahu bagaimana mengambil peran.
Sebenarnya, chip bernama digital citizenship ini terpasang di kepala semua netizen, entah dia blogger, citizen reporter, tukang browsing, tukang upload, tukang download, tukang komentar, hingga pembaca pasif.
Hanya tingkat partisipasi yang berbeda-beda (dan tentu saja kualitas partisipasinya) yang membuat ada netizen yang segera melesat. Besok, salah satu bukti digital citizenship di Kompasiana akan sama-sama kita rayakan. Pak Chappy dengan amunisinya: passion and enthusiasm in distributing his knowledge, experience and opinion in the context of digital sharism. Iamendapatkan pengakuan yang sepantasnya dalam penerbitan kumpulan tulisannya di blog Kompasiana.
Selamat men-Cat Rambut Orang Yahudi, Pak Chappy!
Untuk teman-teman Kompasiana lainnya, mari meng-upgrade chip di kepala yang bernama digital citizenship, dan mengejar langkah Pak Chappy. Kita semua bisa berpartisipasi dalam pertukaran informasi dan opini yang sehat dan berkualitas di sini. Di Kompasiana.