Mohon tunggu...
Lily Setiawati Utomo
Lily Setiawati Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Puisi, Nominee Best in Fiction Kompasianival 2023

Penulis Puisi, Nominee Best in Fiction Kompasianival 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Beda Tangan Beda Rasa

7 Januari 2025   20:12 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

BEDA TANGAN BEDA RASA


Istilah " Beda tangan beda rasa " mungkin sudah tidak asing lagi kita mendengarnya, bahkan sepertinya juga telah menyebar luas dikalanagn masyarakat, yang sangat dipercaya dan diakui nyata, terutama dalam hal makanan atau masakan rumahan.

Padahal kalau kita teliti lebih dalam, soal rasa adalah urusan pribadi yang pastinya setiap orang punya ciri uniknya masing-masing yang juga disesuaikan dengan standar lidah masing-masing, yang juga akan berbeda-beda, sesuai keinginan, kebutuhan dan cita rasa setiap penikmatnya.

Maka untuk membuat standar kata enak juga akan lebih sulit, apalagi menentukan arah rasanya dengan tepat dan akurat. Jadi istilah " Beda tangan beda rasa " apakah mitos atau fakta, sekarang mari kita buktikan kebenarannya begini ceritanya :

Hari ini cuaca cukup bersahabat,langit cerah tidak terlalu terang, mendung-mendung tipis. Udara yang sejuk mengalir, diantara angin yang berhembus pelan. Suasana terasa sangat segar, walau waktu kini sudah hampir tengah hari tepatnya pukul 11 :00, tetapi terasa sangat menyegarkan.

Kebetulan juga hari ini masih suasana libur di tahun baru, suami juga lagi libur, tiba-tiba terbersit pemikiran sendiri, untuk mencari sesuatu yang beda sambil menikmati keadaan di luar rumah.

Setelah bincang-bincang, ngobrol sana sini dengan segala pertimbangannya dengan suami, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan saja keliling-kelilng sambil mencari makan siang, di mana tiba pilihan pada rujak, yang sepertinya lebih cocok dengan suasana dan situasi hari ini, segar-segar agak pedes dikit, pasti lebih nikmat dan enak.

Setelah berputar-putar sejenak, akhirnya tibalah kami di salah satu warung rujak langganan, yang menurut kami paling cocok di ilidah, dengan ciri khas rasanya yang mantap dan gurih, yang menurut saya ini lumayan bisa dinilai dalam kategori enak.

Warung rujak ini juga termasuk salah satu favorit di kota kami, karena warung ini sudah buka cukup lama, hingga cukup terkenal di daerah saya, dengan langganannya yang bisa dibilang cukup banyak. Walau letaknya bukan di jalan utama, melainkan tepatnya masuk di daerah perumahan yang cukup padat. Untuk harganya pun, warung ini juga masih sangat terjangkau dengan menunya yang bisa dibilang komplit.

Juga jarak rumah kami dengan warung ini bisa dikatakan cukup dekat hanya sekitar 20-30 menit, itu termasuk penghalang traffic light, kalau lancar bisa jadi cuma 15 menit sudah sampai, itupun dengan kecepatan lambat atau dengan santai saja.

Saat tiba di lokasi, saya cukup terkejut, dulu terakhir saya ke sini, mungkin sudah 3 atau 4 bulan yang lalu, biasanya warung ini tidak pernah sepi dari pelanggan, bahkan kalau kita beli di jam makan siang antriannya bisa panjang sekali, menunggu dilayani saja bisa sampai 30 menit -1 jam baru dapat pesanannya, karena mereka meracik bumbu sendiri, mengulek sendiri jadi cukup menyita waktu.

Tetapi ini hari terasa sangat berbeda, hanya ada sekitar 5 orang yang menunggu pesanan, itu pun dengan 3 orang dari pesanan online, dan 2 orang yang sedang makan di tempat. Di dalam warung pun penjaganya hanya ada 2 orang, tidak ada pembantu lain.

Kalau dulu biasanya bisa 4-5 orang yang membantu, itu pun dengan bagian tugasnya msing-masing, ada yang bagian cuci piring sendiri, mengupas buah sendiri, menyediiakan minuman sendiri, dan mengantar makanan sendiri.

 Di dalam hati muncul pertanyaan, kog tidak biasanya sesepi ini, memang kenapa ya ?

Setelah memarkir motor, kami pun masuk ke dalam warung . Di dalam warung, kami diterima dan dilayani oleh seorang wanita muda yang ramah. " duduk dulu bu ", sapanya, sambil menyiapkan kursi plastik di dekat ku. " makan disini apa dibungkus bu ", lanjut pertanyaannya.

" Dibungkus saja " kataku sambil menarik salah satu kursi yang sudah diberikan mbaknya. " 5 ya mbak, yang pedas 2, yang tidak pedas 3", kata ku menambahkan dengan jelas prioritas pesananku.

Tiba-tiba Pak Suami ikut bertanya juga, " kog sepi mbak, biasanya ramai sekali, ibu yang biasanya kog tidak kelihatan juga ".

" iya Pak akhir-akhir ini memang sepi ", jawab Mbak penjualnya sambil menyiapkan pesanan kami. " ibu masih sakit Pak, habis jatuh sebulan yang lalu " lanjutnya.

" oh begitu.... bagaimana keadaannya sekarang ", kata suamiku menyambung pertanyaan. " sudah lebih baik Pak, tapi masih belum bisa berjalan, masih banyak istirahat dulu ", kata Mbak penjualnya menambahkan.

" oooo.....begitu " kata suami saya. " Jadi sekarang yang jaga warung Mbaknya " lanjut suami saya bertanya.

" Iya Pak....mungkin itu juga yang bikin sepi " kata Mbaknya lagi.

" lho kog bisa " kata saya menyahut, dengan rasa penasaran.

" iya bu, soalnya para langganan ibu saya, kalau mau beli pasti bertanya dulu, ini yang mengulek ibu atau orang lain ? " kalau saya jawab saya, biasanya mereka tidak jadi membeli, katanya rasanya jadi berbeda, padahal, saya sudah menyesuaikan jumlah racikan bumbu dan bahan yang sama dengan yang ibu saya buat, tetapi kata mereka rasanya masih berbeda, enakan ibu saya yang membuatnya ". Kata Mbak nya menjelaskan.

" Oh begitu ", kata saya sedikit tak percaya.

" ini bu pesanannya sudah jadi, yang karet merah pedas, yang karet kuning tidak pedas ", kata Mbaknya sambil menyodorkan bungkusan rujak kepada saya.

" Ini mbak pembayarannya, salam juga untuk ibu, semoga cepat sembuh dan sehat-sehat selalu ",  kata suami saya sambil menyodorkan uang pembayarannya.

" oh iya Pak nanti saya sampaikan, terima kasih banyak ", kata Mbak penjualnya dengan ramah.

Sesampainya dirumah, saya jadi penasaran, apa benar rasanya berbeda. Dengan cepat saya buka bungkusan yang tidak pedas, karena saya tidak begitu suka pedas.

Lalu saya coba mencicipinya, rasanya sih memang ada yang agak berbeda juga, untuk bumbunya sedikit kurang berasa, seperti ada yang kurang mantap, tetapi entah apa ya, seperti ada yang kurang pas saja, beda dengan buatan ibunya dulu yang memang lebih mantap. apakah memang ada yang berbeda atau ini hanya perasaan saja ?

Kucoba tanya suami " gimana rasanya, ada yang berbeda atau sama saja ? ".

" ya ada beda juga sih, terasa sedikit kurang untuk rasa bumbu, juga lebih sedikit isinya " kata suami saya menjelaskan.

Jadi kesimpulannya apakah istilah " Beda tangan beda rasa " itu benar atau tidak ? atau ada hal-hal lain atau faktor-faktor lain yang ikut berperan di dalamnya sehingga berbeda ?, yah entahlah.....itu rahasia penjualnya....


Terima kasih.

Mojokerto, 7 Januari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun