" BALADA SI TUA DARI DESA "
Di pinggir desa nan sunyi,
tertampaklah sebuah rumah tua,
seorang laki-laki hidup sendiri di sana,
istrinya telah lama tiada karena sakit,
putra tunggalnya pergi merantau,
jauh berkelana kekota untuk menuntut ilmu,
berharap mengejar mimpi, berkarya lebih,
demi membahagiakan Sang Ayah tercinta,
naasnya celaka tak dapat ditolak,
ia meninggal di tempat asing,
tanpa sedikit pun dapat memberi kabar berita,
hanya tangis dan sesal menemani hatinya.
Bertahun sudah si tua menanti dengan gelisah,
dalam harap dan cemas pikirannya,
akhirnya berbekal seadanya, ia menguatkan diri,
dengan terseok-seok ditariklah langkah kakinya,
pergi mencari anaknya yang lama telah berpisah,
menempuh jauhnya perjalanan, menghadapi rintangan,
dengan membawa rindu yang bertumpuk-tumpuk.
Bertanyalah ia di setiap orang yang ditemui,
hingga kering dan lelah bibirnya,
badan dan batin yang juga merana,
sayangnya sekalipun tak pernah bertemu jua,
waktupun berputar dan berlari tiada henti,
tak terasa lama sudah ia lalui,
tubuhnya yang lemah semakin renta,
untuk kembali ke desa ia sudah tak sanggup
gubuk reyot pun telah roboh rata tanah,
sawah dan ladang juga telah mengering,
hidupnya seakan tiada berguna,
sungguh malang nian nasibnya.
Kini jadilah dia pengemis di pinggiran jalan,
namun setiap saat ia tak lupa untuk berdoa,
tetapi mungkin juga tak pernah tersampaikan,
hanya satu keinginannya diantara keputusasaan,
dapat bertemu walau sekejap, sebelum ajal tiba.
Mojokerto, 16 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H