Mohon tunggu...
Lily Ong
Lily Ong Mohon Tunggu... Makeup Artist - Menikmati indahnya Keselarasan

Pekerja Seni yang menikmati hidup dengan Gembira.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saudagar Kelapa yang Mencari Kopyor

13 Februari 2020   01:32 Diperbarui: 13 Februari 2020   02:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan pedagang kelapa walaupun punya kepala (photo by: widiantoHdidiet)

Seorang saudagar kaya raya yang menumpuk kekayaannya sebagai pengepul kelapa hijau, mendadak bermaksud berganti haluan menjadi pengepul kopyor yang katanya lebih menguntungkan.

Tidak ada yang salah sih dengan pencarian tersebut. Hanya saja, banyak banget yang terbuang dari pencarian serupa itu.

Kadang penyadaran akan ladang, kita dapat menghasilkan lebih daripada apa yang kita cari.

Banyak "kata orang" di sekitar kita, yang menggambarkan suatu keadaan maya yang sangat meyakinkan dan menjanjikan. Which is proses pencarian keadaan maya tersebut, membuat kita kehilangan waktu, kesempatan, dan so pasti uang yang kita miliki.

Kata 'Maya' di sini belum nyata, bahkan belum kita liat dan rasakan tingkat keberhasilan, kesuksesan, atau hal nyata darinya.

Sebagai manusia sempurna yang diberikan kecerdasan, masih bisakah kita mengikuti arus 'Maya' tersebut?

Dewasa ini dengan berkembangnya teknologi, kita membaca, melihat, dan mendengarkan berita yang selalu dan selalu tentang 'Kata Orang'. Banyak yang meninggalkan logika dan pengalaman pribadi, demi mengejar sesuatu yang masih ambigu.

Kadang kita menghakimi suatu berita, yang saat kita baca, kita sudah punya pemahaman atau kesimpulan sendiri. Tapi begitu membaca kolom komen, eh kok kita ikut arus komen terbanyak.

Ehmm.. Kembali ke ladang kita...

Untuk menggarap ladang kita sendiri, kita sudah punya perhitungan dan pemahaman bahkan pengalaman mendalam akan hal itu, sedangkan 'Kata Orang' alias 'Maya' masih merupakan angan-angan, bahkan anggapan orang lain. 

Dulu... Jaman masih duduk di bangku sekolah, gue itu bukan anak yang alim. Oh ya.. Gue dulu tipe anak gaul yang waktu belajar, dipakai untuk keluyuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun