KAI Commuter merupakan anak usaha dari Kereta Api Indonesia yang fokus bergerak di bidang pelayanan pengoperasian kereta api komuter dan kereta api lokal. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,77 juta jiwa pada 2022. Hal ini harus diimbangi dengan tersedianya moda transportasi yang memadai untuk menunjang kegiatan sehari-hari mereka. Salah satu contohnya ialah KAI Commuter. Pada 2008, layanan KRL mulai beroperasi dibawah naungan PT KAI Commuter.
KRL Commuter Line mulai beroperasi pada tanggal 10 Februari 2021 dengan relasi tujuan Yogyakarta-Solo Balapan. Dengan beroperasinya KAI Commuter dinilai mampu mempermudah akses mobilitas masyarakat. Pernyataan tersebut benar adanya dan sudah dirasakan oleh para penumpang sejak beberapa tahun belakangan. Sejak saya menetap di Yogyakarta untuk menempuh pendidikan bangku kuliah, baru saja kemarin saya merasakan yang namanya naik KRL. Teman-teman saya yang  berasal dari Solo dan sekitarnya kerap bercerita bahwa pulang-pergi naik KAI Commuter. Katanya sih murah , cepat, aman, dan nyaman. Saya tipikal orang yang mudah sekali kepo terhadap hal-hal baru dan harus terlaksana agar tidak menambah beban pikiran saya.
Jika dibandingkan dengan kereta api pada umumnya, KAI Commuter memiliki ciri khas tersendirinya. KAI Commuter lazimnya disebut dengan KRL atau Kereta Rel Listrik. KRL menjadikan listrik sebagai sumber utama penggeraknya. Ciri utamanya ialah adanya jalur listrik di atas kereta dan semacam tongkat yang tersambung dengan listrik. Suara yang dihasilkan juga tidak sebising kereta api biasanya sehingga dinilai mampu mengurangi polusi suara. KRL tidak memiliki batasan penumpang, sedangkan kereta api umumnya memiliki batasan penumpang karena memang dirancang untuk perjalanan jauh. Sudah jelas bukan perbedaannya?
Untuk bisa naik KAI Commuter Line/KRL, masyarakat dapat menggunakan KMT atau Kartu Multi Trip dan kartu brizzi yang sudah terisi saldo tentunya. KMT merupakan sejenis uang elektronik yang diterbitkan oleh PT Kereta Commuter Indonesia. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan layanan fitur GoTransit di aplikasi Gojek dimana dimungkinkan untuk membeli hingga 10 tiket KRL sekaligus.
Dengan tidak adanya batasan penumpang dan kursi yang terbatas, saya sarankan untuk datang lebih awal dan menunggu pas di depan pintu kereta supaya saat pintu dibuka kita mudah untuk mencari dan mendapatkan kursi. Saat perjalanan berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta saya mendapatkan kursi, tetapi saat perjalanan pulang dari Solo Balapan menuju Yogyakarta nasib kurang baik mungkin sehingga tidak mendapatkan kursi. Selain itu, saya harus bersaing dengan penumpang lain demi mendapat kursi. Tidak masalah dan akan saya jadikan sebagai pengalaman yang tidak akan dilupakan. Terlihat juga banyak sekali orang tua yang membawa anak kecil dan ibu hamil. Sebagai masyarakat yang baik sudah sepatutnya jika kita mengalah demi mendahulukan mereka agar bisa mendapatkan kursi.
Dari segi harga, KAI Commuter/KRL ini jauh lebih murah dari kereta api biasanya. Biasanya saya membeli tiket kereta api biasa tujuan Yogyakarta-Solo seharga Rp 40.000 untuk kelas ekonomi. Hal tersebut berbeda saat saya naik KRL kemarin dimana cukup merogoh kocek Rp 8.000 sudah bisa menikmati KAI Commuter/KRL. Jika bolak-balik berarti hanya butuh Rp 16.000 saja. Sangat murah bagi saya selaku generasi millennial saat ini.
Saya pernah pergi ke Solo menggunakan sepeda motor. Butuh waktu sekitar kurang lebih 2 jam untuk bisa sampai di Kota Solo. Dengan naik KAI Commuter/KRL, kita bisa menghemat waktu, tenaga dan tentunya polusi udara yang bisa kita kurangi. Mungkin lelahnya saat kita harus berdiri karena tidak mendapat kursi. Belum lagi biaya bahan bakar yang tentunya akan berkali-kali lipat lebh banyak.
KAI Commuter/KRL memiliki jadwal tersendiri. Berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri, saya bisa sampai di Solo tepat waktu. Bisa dibilang 30 menit sebelum kereta berangkat, masyarakat sudah datang dan memenuhi jalur khusus KAI Commuter/KRL dalam hal ini bisa disimpulkan bahwa antusiasme masyarakat dalam memilih moda transportasi ini sangat tinggi. Saya memilih untuk datang lebih awal agar tidak terlalu mepet dan bisa mendapatkan kursi yang diinginkan.
KRL Commuter Line Relasi Yogyakarta-Palur memiliki 13 stasiun pemberhentian diantaranya ialah: Stasiun Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Maguwo, Stasiun Brambanan, Stasiun Srowot, Stasiun Klaten, Stasiun Ceper, Stasiun Delanggu, Stasiun Gawok, Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Solo Jebres, dan yang terakhir Stasiun Palur. Saya berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 10.25 WIB dan sampai di Stasiun Solo Balapan pukul 11.39 WIB. Berarti saya menempuh perjalanan sekitar 1 jam 14 menit. Cukup cepat untuk sekelas kereta listrik jika dibandingkan dengan yang ada di luar negeri.
Setibanya di Stasiun Solo Balapan, saya mencoba bertanya pada pegawai Cleaning Service karena memang ini kali pertama saya turun di Stasiun Solo Balapan. Pegawai yang ramah dan jelas dalam menunjukkan arah keluar memudahkan saya untuk menuju pintu keluar. Saat di dalam kereta, saya mendengar percakapan salah satu penumpang yang duduk di sebelah saya bahwasanya pintu keluar di Stasiun Solo Balapan cukup rumit. Entah kerumitan apa yang dimaksud saya kurang paham. Setelah menuju arah pintu keluar, ternyata benar di luar dugaan saya. Saya harus menggesek kartu brizzi lagi agar bisa keluar dari stasiun ini. Mau tidak mau saya harus mengeluarkan dompet yang berisi kartu brizzi. Sebelum itu, saya mencoba memastikan dengan bertanya pada salah satu satpam yang bertugas dimana arah pintu keluarnya. Dan benar memang harus menggesek kartu lagi. Saya khawatir jika saat menggesek kartu nanti saldonya juga akan ikut berkurang. Padahal saat akan masuk jalur kereta di Stasiun Tugu Yogyakarta tadi saya juga sudah menggesek kartu brizzi.
Alhasil hal tersebut ternyata berhasil dan saya bisa keluar dari pintu keluar. Hal yang saya kagetkan ialah terdapat tangga escalator disana. Entah bagaimana sistemnya saya tidak paham. Sebelum naik escalator, saya berhenti untuk mengecek saldo kartu brizzi dengan menggunakan fitur NFC yang tersedia di hp. NFC atau Near Field Communication merupakan fitur yang dapat melakukan transfer data atau file dari satu perangkat ke perangkat yang lainnya tanpa menggunakan kabel. Salah satu contohnya juga bisa melakukan top-up dana dengan cepat dan mudah melalui aplikasi mobile online dari bank. Setelah melihat informasi pemakaian kartu, ternyata saat masuk dan menggesek kartu pertama kali tidak mengurangi saldo, serta terpotong saat sudah memasuki pintu keluar di Stasiun Solo Balapan. Saya pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki escalator, melewati jembatan penyeberangan atau Sky Bridge yang menjadi penghubung Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi dan turun lagi menuju tempat parkir dengan escalator. Selama melewati jembatan penyeberangan, saya disuguhkan pemandangan yang sangat ciamik dari sisi kanan dan kirinya. Terlihat betapa megah dan indahnya Masjid Raya Syekh Zayed Solo dan saya pun bergegas untuk mengunjungi masjid tersebut dengan berjalan kaki. Cukup dekat tetapi cuca sangat panas sekali. Saat sore hari juga bisa menikmati sunset yang sangat cantik.Â
Dari segi keamanan, KAI Commuter/KRL sudah jangan diragukan lagi. Untuk tingkat pelajar atau mahasiswa hal ini sangat membantu dan memudahkan mobilitas keseharian mereka. Mungkin hal yang harus diperhatikan saat pintu gerbong terbuka dan menunggu penumpang masuk ke dalam gerbong di setiap stasiun pemberhentiannya. Jika tidak memperhatikan keadaan dan kurang fokus, seseorang yang berdiri di dekat pintu gerbong bisa saja terjatuh dan mengenai rel. Sungguh naas bukan jika harus seperti itu. Petugas keamanan juga selalu berkeliling dan mengingatkan kita untuk mengisi terlebih dahulu gerbong-gerbong yang masih agak sepi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Suasana ramai akan selalu dijumpai setiap harinya saat kita naik KAI Commuter/KRL. Apalagi saat jam-jam pulang kantor dan weekend. Bisa jadi 2x lipat lebih ramai dari biasanya. Kenyamanan dalam penggunaannya juga cukup memuaskan. Akan tetapi kapan dan dimanapun kita harus selalu waspada akan barang-barang bawaan kita. Mungkin kita akan sedikit terganggu jika mendengar suara tangisan bayi dan balita yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Perjalanan kali ini sangat memuaskan bagi saya. Naik KAI Commuter/KRL itu murah, cepat, aman, dan nyaman. Pendingin udara dalam gerbong membantu penumpang agar tidak merasa kepanasan selama perjalannan. Moda transportasi ini cocok untuk digunakan oleh berbagai kalangan yang ingin melakukan perjalanan dari Yogyakarta-Solo.
Saya berharap banyak agar KAI Commurter tetap mempertahanan kualitasnya bahkan meningkatkan kualitas pelayanannya demi kenyaman penuh untk penumpang. Selain itu juga bisa dengan menambah jumlah gerbong agar bisa menampung penumpang yang kian hari kian membludak. Jadwal yang tepat waktu dan biaya murah menjadi faktor penting yang dibutuhkan oleh banyak lapisan masyarakat. Dengan menaiki moda transportasi publik, kita juga turut andil dalam mengurangi kadar polusi udara yang kian hari kian tidak karuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H