KRL Commuter Line Relasi Yogyakarta-Palur memiliki 13 stasiun pemberhentian diantaranya ialah: Stasiun Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Maguwo, Stasiun Brambanan, Stasiun Srowot, Stasiun Klaten, Stasiun Ceper, Stasiun Delanggu, Stasiun Gawok, Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Solo Jebres, dan yang terakhir Stasiun Palur. Saya berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 10.25 WIB dan sampai di Stasiun Solo Balapan pukul 11.39 WIB. Berarti saya menempuh perjalanan sekitar 1 jam 14 menit. Cukup cepat untuk sekelas kereta listrik jika dibandingkan dengan yang ada di luar negeri.
Setibanya di Stasiun Solo Balapan, saya mencoba bertanya pada pegawai Cleaning Service karena memang ini kali pertama saya turun di Stasiun Solo Balapan. Pegawai yang ramah dan jelas dalam menunjukkan arah keluar memudahkan saya untuk menuju pintu keluar. Saat di dalam kereta, saya mendengar percakapan salah satu penumpang yang duduk di sebelah saya bahwasanya pintu keluar di Stasiun Solo Balapan cukup rumit. Entah kerumitan apa yang dimaksud saya kurang paham. Setelah menuju arah pintu keluar, ternyata benar di luar dugaan saya. Saya harus menggesek kartu brizzi lagi agar bisa keluar dari stasiun ini. Mau tidak mau saya harus mengeluarkan dompet yang berisi kartu brizzi. Sebelum itu, saya mencoba memastikan dengan bertanya pada salah satu satpam yang bertugas dimana arah pintu keluarnya. Dan benar memang harus menggesek kartu lagi. Saya khawatir jika saat menggesek kartu nanti saldonya juga akan ikut berkurang. Padahal saat akan masuk jalur kereta di Stasiun Tugu Yogyakarta tadi saya juga sudah menggesek kartu brizzi.
Alhasil hal tersebut ternyata berhasil dan saya bisa keluar dari pintu keluar. Hal yang saya kagetkan ialah terdapat tangga escalator disana. Entah bagaimana sistemnya saya tidak paham. Sebelum naik escalator, saya berhenti untuk mengecek saldo kartu brizzi dengan menggunakan fitur NFC yang tersedia di hp. NFC atau Near Field Communication merupakan fitur yang dapat melakukan transfer data atau file dari satu perangkat ke perangkat yang lainnya tanpa menggunakan kabel. Salah satu contohnya juga bisa melakukan top-up dana dengan cepat dan mudah melalui aplikasi mobile online dari bank. Setelah melihat informasi pemakaian kartu, ternyata saat masuk dan menggesek kartu pertama kali tidak mengurangi saldo, serta terpotong saat sudah memasuki pintu keluar di Stasiun Solo Balapan. Saya pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki escalator, melewati jembatan penyeberangan atau Sky Bridge yang menjadi penghubung Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi dan turun lagi menuju tempat parkir dengan escalator. Selama melewati jembatan penyeberangan, saya disuguhkan pemandangan yang sangat ciamik dari sisi kanan dan kirinya. Terlihat betapa megah dan indahnya Masjid Raya Syekh Zayed Solo dan saya pun bergegas untuk mengunjungi masjid tersebut dengan berjalan kaki. Cukup dekat tetapi cuca sangat panas sekali. Saat sore hari juga bisa menikmati sunset yang sangat cantik.Â
Dari segi keamanan, KAI Commuter/KRL sudah jangan diragukan lagi. Untuk tingkat pelajar atau mahasiswa hal ini sangat membantu dan memudahkan mobilitas keseharian mereka. Mungkin hal yang harus diperhatikan saat pintu gerbong terbuka dan menunggu penumpang masuk ke dalam gerbong di setiap stasiun pemberhentiannya. Jika tidak memperhatikan keadaan dan kurang fokus, seseorang yang berdiri di dekat pintu gerbong bisa saja terjatuh dan mengenai rel. Sungguh naas bukan jika harus seperti itu. Petugas keamanan juga selalu berkeliling dan mengingatkan kita untuk mengisi terlebih dahulu gerbong-gerbong yang masih agak sepi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Suasana ramai akan selalu dijumpai setiap harinya saat kita naik KAI Commuter/KRL. Apalagi saat jam-jam pulang kantor dan weekend. Bisa jadi 2x lipat lebih ramai dari biasanya. Kenyamanan dalam penggunaannya juga cukup memuaskan. Akan tetapi kapan dan dimanapun kita harus selalu waspada akan barang-barang bawaan kita. Mungkin kita akan sedikit terganggu jika mendengar suara tangisan bayi dan balita yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Perjalanan kali ini sangat memuaskan bagi saya. Naik KAI Commuter/KRL itu murah, cepat, aman, dan nyaman. Pendingin udara dalam gerbong membantu penumpang agar tidak merasa kepanasan selama perjalannan. Moda transportasi ini cocok untuk digunakan oleh berbagai kalangan yang ingin melakukan perjalanan dari Yogyakarta-Solo.
Saya berharap banyak agar KAI Commurter tetap mempertahanan kualitasnya bahkan meningkatkan kualitas pelayanannya demi kenyaman penuh untk penumpang. Selain itu juga bisa dengan menambah jumlah gerbong agar bisa menampung penumpang yang kian hari kian membludak. Jadwal yang tepat waktu dan biaya murah menjadi faktor penting yang dibutuhkan oleh banyak lapisan masyarakat. Dengan menaiki moda transportasi publik, kita juga turut andil dalam mengurangi kadar polusi udara yang kian hari kian tidak karuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H