Mohon tunggu...
Laila Umar
Laila Umar Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar sepanjang hayat, membaca dan mengamati

Bersama kesulitan ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mewahnya Pelantikan Ketua RW PIK Sebuah Potret Baru Kesenjangan

5 Juli 2023   12:30 Diperbarui: 5 Juli 2023   12:59 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini jagad media sosial dihebohkan dengan viralnya sebuah video yang berisi pelantikan pengurus RW di kawasan Pantai Indah Kapuk, Pluit Jakarta Utara. Sesungguhnya pelantikan pengurus RT dan RW adalah hal yang biasa dalam demokrasi di akar rumput bangsa Indonesia, karena potret masyarakat terkecil bangsa ada di area ini.

Namun ada sesuatu yang berbeda dalam pelantikan pengurus RW di kawasan Perumahan elit ini, jika biasanya pelantikan pengurus RT/RW digelar di kantor RW setempat, namun pelantikan pengurus RW di kawasan PIK tersebut digelar di sebuah resto mewah lengkap dengan jejeran karangan bunga, dan seremonialnya bak pelantikan kepala daerah/Gubernur.

Apakah itu salah? 

Tentu saja tidak, mengingat yang dilantik adalah para pengurus kawasan elit yang rata-rata penghuninya adalah orang-orang berduit. Hanya saja seremonial yang begitu mewah sangat jomplang dengan potret kehidupan masyarakat secara umum.

Ketidakseimbangan ini akan menimbulkan kecemburuan di masyarakat, apalagi di era sekarang ini segala sesuatu mudah viral dan sangat mudah diakses oleh khalayak dari berbagai kalangan.

Kontras pelantikan mewah itu semakin mempertajam gap atau jurang pemisah antara warga pribumi dan warga keturunan. Karena sudah menjadi asumsi publik bahwa warga keturunan khusunya Tionghoa menjadi anak emas penguasa, sedangkan warga pribumi menjadi babu di negerinya sendiri.

Asumsi tersebut pasti akan dibantah oleh beberapa pihak, namun fakta dikehidupan arus bawah tak bisa dielakkan. Masyarakat, terutama penghuni-penghuni perkampungan yang tersebar di Jakarta akan merasakan secara nyata hal itu.

Belajar dari peristiwa kelam tragedi 1988, dimana bangsa ini mengalami krisis di berbagai lini kehidupan dan salah satu pemicunya adalah kesenjangan sosial yang sangat tajam yang memupuk kebencian dan ketidakpuasan, sehingga mudah tersulut oleh percikan-percikan yang dimainkan pihak-pihak tertentu.

Kembali pada potret pelantikan mewah tersebut, jika kesenjangan-kesenjangan seperti ini terus berkelanjutan bukan tidak mungkin kecemburuan di masyarakat akan semakin menajam, sehingga keutuhan bangsa ini akan menjadi semakin rapuh, mudah dikoyak dan dipecah belah oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan terselubung.

Semoga semua pihak bijak menyikapinya, jangan sampai sejarah kelam kembali terulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun